Welcome to farukfazhay.blogspot.com, blog ini diasuh oleh Umar Faruk Fazhay asal Jl. Raya Sawah Tengah Robatal Sampang Madura Jawa Timur Perjalanan Menuju Pon. Pes. Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan ~ MENYELAMI MIMPI

Rabu, 28 Agustus 2013

Perjalanan Menuju Pon. Pes. Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan


Perjalanan menuju pesantren merupakan hal yang lumrah, terlebih bagi santri aktif atau alumni, ada kekhasan tersendiri bagi setiap pesantrennya. Dengan berjalan menuju pesantren pasti kita akan mendapatkan hal-hal yang baru, seperti bisa kembali bertemu dengan teman lama bagi alumni, serta bisa melihat perkembangan pesantren itu sendiri dengan lebih dekat lagi yakni dengan mata telanjang.

Namun tidak bagi santri aktif kebanyakan, karena berjalan menuju pesantren (balik pondok) merupakan berjalan menuju tahanan, begitulah pradigma salah kaprah yang sering aku dapatkan semenjak menjadi santri aktif dulu, selain itu ada lagi slogan yang sering di lontarkan oleh para santri aktif yakni “penjara suci” padahal realitasnya pesantren itu bukanlah penjara atau pun tempat kurungan.

Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan, yang menjurus pada perbaikan moralitas anak didiknya dan penguasaan ilmu keagamaan, meski realitasnya masih ada sebagian pelajar yang menempuh pendidikan di pesantren yang tidak mendalami bidang ilmu agama itu sendiri. Selain itu perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin canggih ini, telah melahirkan dua corak mode pesantren, yang pertama yaitu: pesantren konvensional(salaf) yang kedua yaitu: pesantren modern.

Ada beberapa keunikan yang dimiliki lembaga pendidikan yang bernama pesantren yang mungkin tidak di miliki oleh lembaga pendidikan lainnya, yakni istilah kyai, santri dan kitab. Tentu ketiga variansi dari ketiga elemen itu, tidak bisa kita samakan dengan yang namanya guru, murid dan buku. Karena memang ada keunggulan tersendiri yang tentu penulis tidak bisa menjelaskan panjang lebar dalam pengantar serial catatan ini.

Pokoknya perjalanan menuju pesantren merupakan momen yang tidak bisa dibandingkan dengan berjalan pada tempat wisata lainnya, meski kenyataan pesantren memang bukan tempat wisata. Namun yang perlu diketahui oleh pembaca yang budiman adalah antara satu pesantren dengan pesantren yang lainnya pasti mempunyai keunikan tersendiri.

Jejak di Pon. Pes. Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, setelah menahan sesak pandangan  dari spanduk Caleg, Cagub dan iklan-iklan yang juga meramaikan dan memenuhi trotoar kota Pamekasan, setelah terbebas dari kemacetan pasar 17 Agustus Pamekasan, akhirnya aku pun sampai juga di barisan dalam keadaan macet panjang, tepatnya di pintu masuk menuju Pon. Pes. Mambaul Ulum Bata-Bata.
Penjemputan guru tugas (GT) kali ini memang luar biasa sekali, karena tidak hanya itu, pada waktu itu juga ada sebagain santri aktif yang baru balik pondok, juga wali santri yang ingin memondokan anaknya. Sehingga volume pengunjung saat itu membludak yaitu dari barisan sampai pada lapangan depan kantor pesantren tidak putus-putus, membanjiri ruas-ruas jalan, ada yang berkendaraan ada juga yang memarkir kendaraanya di barisan lantas berjalan kaki.

Beberapa menit kemudian mobil kijang yang aku tumpangi, akhirnya sampai juga di tempat parkir, yaitu di parkir di depan kartor Madrasan Tsanawiyah Mambaul Ulum Bata-Bata (MTs MUBA), aku pun melanjutkan perjalanan menuju pondok dengan berjalan kaki dari Madrasah Barat, melewati ruas-ruas jalan yang sesak dengan orang-orang yang berlalu –lalang, di depan tempat pemanggilan aku bertemu dengan Ali wafa dan Bahrudin, setelah berbincang-bincang sebentar dengan mereka berdua aku melanjutkan perjalanan.

Setelah sampai di congkop (tempat pendiri dan sesepuh PP. MUBA di semayamkan), aku mengambil wudhu’ kemudian melaksanakan shalat dhuha disana, sesudah shalat dhuha, bapak menelponku untuk segera menghadapnya dan kemudian bersama-sama berjalan menuju pandepah (pendopo) untuk acabis (sawun) pada beliau, sekaligus pamitan untuk boyong dari pondok.

Rupanya tidak hanya di jalannya raya saja, pandepah pun juga sesak dan penuh dengan tamu. Sesudah bapak, aku dan adekku acabis dan mator pada RKH. Hasan Abd Hamid yang ketetapan pada saat itu menemui disana. Aku pun kembali pada congkop membaca yasin dan tahlil, baru kemudian menuju BBEC (Bata-Bata English Centre). BBEC merupakan sebuah lembaga pengembangan bahasa Inggris yang dulunya di kenal dengan LPBI, dalam perjalanan menuju BBEC aku kembali bertemu dengan seorang temanku yang bernama Ismail, setelah berbincang-bincang sebentar dan meminta nomer HP-ku, aku pun melanjutkan perjalanan.

Setibanya di BBEC aku bertemu dengan Wahyudi, Farhan dan seorang tutor baru yang belum pernah ku kenal sebelumnya, maklum aku sudah 2 tahun lebih lamanya aku keluar dari lembaga itu, waktu yang cukup relatif lama, banyak wajah-wajah baru yang tidak ku kenal disana. Kemudian datanglah Hamid dan Hamdi seorang murid dari tugasanku dulu yang sekarang juga mondok di Pon. Pes. Mambaul Ulum Bata-Bata. Lalu datanglah Bayen dan Aziz yang merupakan rekanku dulu waktu menjabat sebagai official di BBEC ini.   

Ada beberapa pesan yang di sampaikan oleh Bayen dalam pertemuanku itu yang di kutip dari pesan RKH. Hasan Abd Hamid kepadanya, ketika dia pamit untuk boyong kemaren. Beliau berpesan untuk selalu melaksanak kewajiban shalat fardhu dan menjaga nama baik al-mamater pesantren, sekalipun sudah keluar dari pesantren. Yang membuatku bulu kudukku sedikit merinding adalah ketika Bayen mengajukan, semacam harapan dan permintaan kepada beliau untuk diakui sebagai muridnya, nanti pada hari kiamat. Apa dawuh beliau?, beliau hanya menitip pesan untuk jangan sampai lupa melaksanakan shalat fardhu dan menjaga nama baik al-mamater. 

Tidak lama kemudian, dari perbincangan yang sifatnya serius sampai pada yang cuman sekedar canda dan tawa, akhirnya datanglah Mr. Hafidurrahman, beliau adalah adalah Director kedua BBEC sesudah yang pertama Mr. Qomaruddin, beliau berasal dari Camplong Sampang, Namun sekarang sedang menempuh S-2 Prodi Bahasa Inggris disalah satu perguruan tinggi di kota Malang, pertemuan yang sangat mengesankan, mengingatkanku kembali pada kenangan masalalu  yang penuh dengan tangis dan canda tawa.

Aku pun sempat menanyakan perkembangan BBEC, rupanya memang ada sedikit perkembangan, tidak hanya di putra saja yang ada markas bahasa inggrisnya, tapi di putri juga sekarang katanya ada markasnya juga, yang di kenal dengan sebutan BBEC Female. Sebenarnya dulu masaku juga ada, tapi belum di wadahi dalam lembaga khusus cuman sekedar kursusan saja, dan Mr. Hafidz pun menuturkan  bahwa akhir-akhir ini beliau juga tidak begitu aktif di BBEC, terhitung semenjak melanjutkan prodi S-2-Nya.

Selang beberapa menit kemudian datanglah Suliyadi dan Hudaifi dengan Penanggung Jawab Guru Tugasnya (PJGT), dan orang tua sualiyadi sendiri pun ikut menyertai,  aku tidak menyangka bahwa Suliyadi akan di tugas di dekat rumahku, yakni satu desa tapi cuman lain kampung. Sesudah Suliyadi, Hudaifi berangkat. Mr. Hafid pun pergi keluar katanya mau mengunjungi anak buahnya Hatip yang juga di tugas tahun ini.

Baru kemudian aku melanjutkan percakapan dengan Hamdi dan Hamid, dan menanyakan pada mereka tentang teman-teman yang lainnya, dia berkata padaku bahwa teman-teman yang lain ada disini alias di BBEC, dan kemudian Hamid menyuruh Hamdi untuk memanggil Herman, Holil dan Rifadi di kamar BBEC itu, lantas menyuruh dan mengajak mereka menemuiku disini di kantor BBEC ini.

Kemudian datanglah Rifadi dan Herman, cuman Holil yang tidak ada waktu itu, mungkin sedang berada di daerah (blok)-nya. Setelah larut dalam percakapan yang dalam akhirnya Hamid dan Hamdi pamitan untuk kembali ke pondoknya untuk menemui, guru tugas yang baru yang juga kebetulan satu daerah dengan dia, cuman sekarang agak begitu jauh ketimbang rumahku dan rumah Hamid, yang sama dari Sampang, sedangkan rumah guru tugas yang baru yang menggantikan Hamid itu dari Bangkalan.

Setelah Hamid dan Hamdi sudah pergi, baru kemudian Holil datang. Rupanya dari tadi dia ada di pondok katanya, beberapa menit kemudian bapak menelponku menyuruhku untuk segera keluar, aku pun segera meminjam HP-Nya Aziz, yang kebetulan pakek kartu XL, baru kemudian menelpon wahyudi, menyuruh dia untuk segera ke BBEC, tidak lama kemudian dia pun datang menemuiku di kantor BBEC itu lagi, kemudian aku pun membayar uang buku yang aku beli.

Aku pun berencana untuk meng-copy data, namun lagi-lagi kapasitas memory yang ku miliki tidak mendunkung alias full.  kemudian aku bertanya kaset CD/DVD pada Wahyudi dia menjawab ada tapi, lagi-lagi CD Room Laptopnya rusak. Jadi aku pun tidak bisa membakar data itu pada kaset. Untunglah kemudian aku bisa pinjam flashdisk wahyudi lantas aku pun segera meng-copy data yang  ku inginkan itu.

Sambil lalu aku meng-copy data itu, aku pun mengambil wudhu’ ke congkop, dan meminta Holil untuk menjaganya, sehabis mengambil wudhu’ dari congkop aku pun kembali lagi ke kantor BBEC, dan disana aku dapati Mr. Sulhan, seorang teacher yang dulu juga pintar dalam segi kaligrafinya.

Aku meminta idzin padanya, untuk melaksanakan shalat dhuhur, shalat dhuhurku kali ini memang amburadul alias tidak khusuk sekali, lantas teacherku itu menegurnya, setelah melaksanakan shalat dhuhur rupaya bapak menelponku kembali, menyuruhku untuk segera keluar, aku pun meminta beliau untuk menunggu sebentar. Menunggu selesainya data yang aku copy itu, sambil lalu menunggu selesainya data yang ku copy, akupun berbincang-bincang dengan Mr. Sulhan, menanyakan prihal kehidupan dan keluarganya.

Setelah data yang ku copy selesai, akhirnya aku pun berpamitan pada anak-anak BBEC yang tersisa disana, begitupun dengan Holil. Kemudian aku berjalan secepat mungkin menerobos orang-orang yang memenuhi ruas jalan. Melewati jalan pintas yaitu berjalan dari timur pondok kecil melewati jembatan yang terhubung ke takhassus dan menyebrang lewat tepi sawah, kemudian sampailah di timur jembatan. Lalu menelpon bapak, seraya berkata bahwa aku menunggunya di timur jembatan. 

Kemudian baru menuju jalan pulang, namun dalam perjalanan menuju pulang kita masih berhenti di salah satu masjid di daerah Camplong, kemudian melaksanakan shalat dhuhur lagi disana. Aku pun juga mengulangi kembali, shalat dhuhurku yang kurasa belum sah itu, aku mengulanginya dengan shalat berjamaah. Serta sebagian dari kami ada juga yang membeli ikan, kebetulan di samping masjid itu ada banyak orang yang menjual ikan segar hasil tangkapan nelayan, suasana yang beda shalat di tempat ibadah atau masjid ini, memberikan kesan tersendiri di dalamnya. Setelah semuanya benar-benar selesai, aku pun kembali menuju jalan pulang yang sesungguhnya. Catatan perjalanan pada tanggal 25 Agustus 2013.  

 *Serial Catatan dari Pulau Sebrang
 

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar