Experiences is
the best teacher, benar dikata jika pengalaman adalah guru terbaik,
dan perlu kita ketahui bersama bahwa banyak cara untuk meraih pengalaman itu,
salah satunya adalah dengan cara melakukan perjalanan ketempat wisata atau
hiburan. Dengan pengalaman itu kita bisa memaparkan dengan sangat detail lokasi
wisata itu pada keluarga atau sahabat kita yang ingin mengunjungi lokasi
tersebut.
Karena tentu, kita tidak akan
bisa menjadi guid yang baik kalau kita tidak terlebih dahulu menjajaki
lokasi yang akan kita kunjungi, makanya dibutuhkan pengalaman dan kemampuan
kamunikasi yang baik, agar para wisatanwan tertarik pada lokasi wisata yang
akan kita promosikan pada orang lain.
Pokoknya perjalanan, kemana pun
akan membawakan bekas dalam setiap benak pejalanannya, jadi rugi kiranya jika
dalam sebuah perjalanan, hanya dibuat hura-hura belaka, tanpa harus mengamati
dan mengingat kembali makna dibalik perjalanan tersebut, makanya jadikan perjalananmu
lebih bermakna dan berarti.
Jejak di Masjid
Jami’ Sampang
Setelah menempuh perjalanan
kurang lebih setengah jam dari kampung halamanku menuju kota Sampang. Akhirnya
tibalah aku dikota Sampang. Aku pun keliling kota sebentar, kemudian mampir di
kios buku di selatannya monumen, mencari koran hari Minggu kemaren, namun
sayang korannya sudah habis. Lantas melanjutkan perjalanan menuju Perintis, ke Warnet
baru kemudian makan bersama rekanku Adin di pasar lantai I, menikmati sajian Mie
Ayam dan minum es degan pedagang kaki lima, merupakan kenikmatan yang luar
biasa, dibawah panasnya terik matahari yang masuk menembus celah-celah pasar,
tidak begitu lama kemudian suara adzan dhuhur pun berkumandang aku pun
meneruskan perjalanan menuju masjid Jami’.
Memasuki tempat wudhu’ masjid
Jami’ aku sudah merasakan kesejukannya dan ketentraman, kemudian melanjutkan
shalat dhuhur bersama rekanku Adin di dalam masjid tersebut, suasana
khusu’ yang sangat menyejukan sekali, shalat di masjid dambaan masyakarat Sampang
itu, memang terasa beda ketimbang shalat di masjid-masjid lainnya.
Sesudah shalat dhuhur, aku
berencana untuk mewawancarai takmir masjid, namun sayang aku tidak berjumpa
dengan takmir masjid Jami’ itu, aku
hanya berjumpa dengan tukang pel masjid itu, niat wawancara pun aku urungkan,
aku hanya memandangi bangunan masjid dari dalam, arsitektur yang luar biasa
sekali, aku dapati di atap tengah masjid menggunakan kerangka dari elemen
besi-besi, luar biasa sekali. Aku kembali duduk di beranda masjid sebelah
selatan, sambil lalu berbincang-bincang dengan rekanku. Membicarakan tentang
kesejukanan dan keindahan pemandangan di masjid itu.
Aku sempat mengatakan pada Adin
bahwa dulunya, aku tidak tahu bahwa kantor pos di kota ini dekat dengan masjid Jami’,
yakni di sebelah selatan jalan masjid Jami’ kota Sampang, meski kenyataanya aku
sering mampir di masjid ini namun aku tidak tahu menahu tentang kantor pos ini,
aku baru tahu setelah mengirim naskah lomba LKTI kemarin, itu pun aku masih
meminta bantuan tukang becak untuk mengantarkan ke kantor pos.
Jejak di Gua
Lebar Sampang
Setelah larut dalam perbincangan
akhirnya aku dan rekanku Adin membicarakan, langkah selanjutnya yakni antara
pulang dan ke Gua Lebar, setelah aku putuskan, akhirnya kita berdua sepakat
untuk mengunjungi tempat wisata kota Sampang itu, kurang lebih sekitar 500
meter dari masjid Jami’ kota Sampang tersebut. Dari gerbang masuk menuju Gua
Lebar aku sudah melihat pemandangan yang beda, agak sedikit menanjak, dan
jalannya pun tidak begitu lebar yakni melewati padatnya rumah penduduk kota
Sampang.
Setibanya di Gua Lebar keadaan
sunyi mencekam, tidak ku dapati satu hidung orang pun disana, aku membelokan
sepeda motorku memasuki tempat parkir, kemudian melihat lobang yang berukuran
raksasa itu, seperti jurang yang penuh dengan semak-semak belukar. Namun sayang
aku tidak bisa masuk kesana karena pada saat itu memang lokasi itu sangat sepi
sekali dan aku pun merasa takut untuk masuk dalam lobang yang ku kira awalnya
jurang itu. Aku baru tau dari sepupuku
kemaren bahwa lubang yang ku pikir jurang itu adalah Gua yang ada bangunan
patum Sakera di dalamnya.
Kemudian aku keliling ketempat
lainnya, disana aku melihat tempat nongkrong yang bagus sekali, terlebih untuk
sepasang kekasih yang ingin bermesraan dan bercumbu rayu, tapi ingat dulu,
bahwa di bawahnya tempat nongkrong itu adalah jurang, terbukti disamping tempat
nongkrong itu ada lubang yang ditutup dengan duri-duri, jadi hati-hati kalau
mau bermaksiat disana taku tiba-tiba ambruk, naudzubillah. Kalau untuk
yang sudah sah (nikah) monggo aku tidak bisa memberinya saran apalagi melarangnya.
Tidak hanya itu, disana juga ada
kolam renangnya, aku juga sempatkan melihat satu hewan peliharaan yang berupa
kijang disana, aku melihatnya dari luar. Dari tempat nongkron yang aku
ceritakan barusan pada pragraf di atas. Masuk pada lokasi itu di kenakan karcis
Rp. 5000, entahlah aku juga kurang paham, karena aku tidak sempat mewawancarai
penjaga atau perawat Gua Lebar itu, aku hanya menyampaikan apa-apa yang aku
baca, yang terpampang di loket sana.
Tapi, tidak hanya itu rupanya di
sekitar gua lebar itu masih banyak bangunan yang belum rampung, mungkin itu
merupakan sebagian bangunan dari tempat wisata Gua Lebar itu sendiri, pokoknya
seru deh! Perjalanan menuju Gua Lebar kali ini. Kemudian aku pun melanjutkan
perjalanan menuju pulang. Catatan perjalanan 20 agustus 2013.
*Serial Catatan dari Pulau Sebrang
Gua Lebar sangat bagus apalagi jika dikembangkan oleh pemerintah setempat, saya sudah kesitu dan ada perubahan dari sebelumnya..
BalasHapuscoba baca:
Goa Lebar Sampang