Mati merupakan sebuah hal yang pasti sekalipun
penuh dengan misteri, sebagaimana hari kiamat yang tidak satu pun orang yang
dapat meramalkannya. Suatu fitrah jika pada umumnya manusia diberikan kecintaan
kepada harta benda, ingin hidup kaya bergelimangan harta, berkelimpahan sampai
pada tujuh turunan.
Akan tetapi, yang perlu kita tela’ah bersama
dalam hal ini adalah darimana harta itu diperoleh, dari jalan halal atau
haram?. Karena fakta yang ada dikalangan masyarakat, sudah banyak yang tidak
menghiraukan halal atau haramnya, tidak peduli harta itu diperoleh dari menjual
benda-benda halal atau haram, yang penting bisa kaya raya. (hal. 20).
Konsep kaya raya seringkali melupakan kefanaan
kehidupan duniawi. Padahal, kematian adalah suatu kepastian. Selain itu, Konsep
kaya raya juga tidak punya orientasi sosial dan tidak memuat rasa kesyukuran
terhadap tuhan sang penguasa alam. Rezeki yang diperoleh dianggap sebagai hasil
jerih payah pribadi yang tidak ada hubungannya dengan tuhan sehingga tidak
layak dibagikan kepada semua yang membutuhkan. (hal. 23).
Ali Akbar, dalam buku ini mencoba menawarkan
konsep hidup berkelimpahan, konsep ini sangat bertolak belakang dengan konsep
hidup kaya raya. Konsep hidup berkelimpahan pada intinya sangat beroriesntasi
pada Hari Akhir atau kematian. Kita menjadikan setiap aspek dalam kehidupan
bekal untuk kematian atau akhirat. Demikian pula halnya saat mencari dan
mengais rezeki. Jika orientasi kita husnul khatimah, kita tidak akan pernah
menyia-nyiakan waktu untuk melakukan hal-hal di luar ketetapan
syariat-Nya.(hal. 24).
Konsep hidup yang berorientasi bersiap
mengahadapi kematian(akhirat) inilah yang akan mengantarkan kita pada hidup
yang berkelimpahan. Kita akan diberikan rezeki yang tidak pernah habis oleh
Allah Swt.
Namun tidak akan pernah di pungkiri bahwa dalam
menapaki setiap kebaikan tentu banyak batu kerikil, yang malang-melintang.
Inilah sunnatullah; ia memberikan pilihan hidup untuk kita jalani. Fa man sya’a
fal yu’min, wa man sya’a fal yakfur. Mengimani atau mengingkari adalah pilahan
kita; syukur atau kufur adalah pilihan; pun menjadi baik atau buruk adalah
pilihan kita. Dalam hidup ini, setiap kebaikan akan selalu berhadapan dengan
keburukan; syukur-kufur, iman-ingkar, duka-bahagia, atau senang-sedih. Ketika
kita menjalani kebaikan, jangan pernah patah semangat, malas, atau pesimistis
hanya karena kita diuji dengan keburukan, disinilah hikmah kenapa Allah
membekali manusia dengan akal. (hal. 35-36).
Maka dari itu, jika kita menginginkan hidup
makmur maka pandai-pandailah bersyukur dan sebaliknya, jika kita ingin hidup
kita tersungkur maka kufurlah, namun perlu di garis bawahi bahwa yang di maksud
dengan kufur disini adalah sikap megingkari karunia atau nikmat yang Allah
berikan kepada kita. (hal. 50).
Semestinya, kita selaku orang yang beriman harus
mengetahui bahwa Allah Swt, akan memberikan ujian atau musibah kepada
orang-orang yang beriman, sebagaimana tersirat dalam beberapa ayat-Nya. Allah
memberikan ujian dan musibah ini semata-mata untuk meningkatkan derajat
keimanan seseorang, dan perlu disadari bahwa ujian atau musibah itu, bukan
sekedar kesulitan dan impitan hidup yang menyebabkan kesedihan. Hati-hati, bisa
jadi ujian yang Allah berikan kepada kita bisa berupa kebaikan, kemudahan, dan
keberuntungan dalam hidup. (hal. 65-67).
Ketika kita sudah mengetahui, bahwa dalam hidup
ini adakalanya kita akan mengalami keterpurukan dan kesempitan, yang merupakan
proses kehidupan yang tidak bisa dielekkan, yang kerapkali membuat dada kita
sesak, bahkan sulit untuk sekedar bernapas. Oleh karena itu, Segeralah
kembalilah kepada Allah Yang Maha Menggenggam untuk semua kebahagiaan dan
keterpurukan yang kita alami. (hal. 143).
Satu pesan penting yang ditulis penulis buku ini,
yang penulis kutip dari Ustad Yusuf Mansur adalah; “bagi siapa pun yang ingin
mewujudkan tujuan hidup berkelimpahan, jangan hanya berniat untuk memperkaya
diri, karena sikap demikian hanya akan membahayakan kita. Lebih baik niatkan
dalam diri bahwa jika kita hidup kaya, kita akan terus memperbaikki kualitas
keimanan dan kesalehan di hadapan-Nya. Selain itu, niatkan juga agar dengan
kekayaan yang kita miliki, kita bisa berbagi debfab orang-orang di sekitar
kita”.(hal. 162-163).
Akhirnya, tidak ada kalimat yang paling penting
yang bisa mewakili pembahasan buku ini. Hanya seruan penulis untuk selalu
mengingat kematian agar kita lebih terampil untuk menghiasi diri dengan
kemuliaan. Ingatlah kematian agar kita pintar menata hati dengan ketakwaan.
Ingatlah kematian agar kita lebih pandai mengisi jiwa dengan ketawadhuan. (hal.
188).
Buku ini, sangat menarik sekali, bisa dibaca oleh
siapa saja yang ingin terjun dalam dunia usaha atau bisnis. Karena terdapat
edukasi spiritualitas yang tinggi dalam buku ini, yang berada diluar kemampuan
nalar manusia. Mengingatkan kita akan kematian untuk memperoleh rezeki yang
berkelimpahan, disertai juga dengankultweet yang mampu memberikan varian yang
lebih, yang tidak dimiliki oleh buku-buku motivasi lainnya.
_____________________________________Judul buku : Rezeki Itu Pasti, Mati itu Misteri
Penulis : Ali Akbar
Penerbit : PT Mizan Pustaka
Tahun Terbit : Januari 2013
Tebal : xiv+ 200 halaman
ISBN : 978-602-9255-30-0
Presensi : Umar Faruk Fazhay, Mahasiswa Ekonomi Syariah IAI. Nurul Jadid (IAINJ) Paiton Probolinggo.