Welcome to farukfazhay.blogspot.com, blog ini diasuh oleh Umar Faruk Fazhay asal Jl. Raya Sawah Tengah Robatal Sampang Madura Jawa Timur Mengingat Mati, Mengais Rezeki ~ MENYELAMI MIMPI

Selasa, 06 Agustus 2013

Mengingat Mati, Mengais Rezeki


Mati merupakan sebuah hal yang pasti sekalipun penuh dengan misteri, sebagaimana hari kiamat yang tidak satu pun orang yang dapat meramalkannya. Suatu fitrah jika pada umumnya manusia diberikan kecintaan kepada harta benda, ingin hidup kaya bergelimangan harta, berkelimpahan sampai pada tujuh turunan.

Akan tetapi, yang perlu kita tela’ah bersama dalam hal ini adalah darimana harta itu diperoleh, dari jalan halal atau haram?. Karena fakta yang ada dikalangan masyarakat, sudah banyak yang tidak menghiraukan halal atau haramnya, tidak peduli harta itu diperoleh dari menjual benda-benda halal atau haram, yang penting bisa  kaya raya. (hal. 20).

Konsep kaya raya seringkali melupakan kefanaan kehidupan duniawi. Padahal, kematian adalah suatu kepastian. Selain itu, Konsep kaya raya juga tidak punya orientasi sosial dan tidak memuat rasa kesyukuran terhadap tuhan sang penguasa alam. Rezeki yang diperoleh dianggap sebagai hasil jerih payah pribadi yang tidak ada hubungannya dengan tuhan sehingga tidak layak dibagikan kepada semua yang membutuhkan. (hal. 23).

Ali Akbar, dalam buku ini mencoba menawarkan konsep hidup berkelimpahan, konsep ini sangat bertolak belakang dengan konsep hidup kaya raya. Konsep hidup berkelimpahan pada intinya sangat beroriesntasi pada Hari Akhir atau kematian. Kita menjadikan setiap aspek dalam kehidupan bekal untuk kematian atau akhirat. Demikian pula halnya saat mencari dan mengais rezeki. Jika orientasi kita husnul khatimah, kita tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu untuk melakukan hal-hal di luar ketetapan syariat-Nya.(hal. 24).

Konsep hidup yang berorientasi bersiap mengahadapi kematian(akhirat) inilah yang akan mengantarkan kita pada hidup yang berkelimpahan. Kita akan diberikan rezeki yang tidak pernah habis oleh Allah Swt.

Namun tidak akan pernah di pungkiri bahwa dalam menapaki setiap kebaikan tentu banyak batu kerikil, yang malang-melintang. Inilah sunnatullah; ia memberikan pilihan hidup untuk kita jalani. Fa man sya’a fal yu’min, wa man sya’a fal yakfur. Mengimani atau mengingkari adalah pilahan kita; syukur atau kufur adalah pilihan; pun menjadi baik atau buruk adalah pilihan kita. Dalam hidup ini, setiap kebaikan akan selalu berhadapan dengan keburukan; syukur-kufur, iman-ingkar, duka-bahagia, atau senang-sedih. Ketika kita menjalani kebaikan, jangan pernah patah semangat, malas, atau pesimistis hanya karena kita diuji dengan keburukan, disinilah hikmah kenapa Allah membekali manusia dengan akal. (hal. 35-36).

Maka dari itu, jika kita menginginkan hidup makmur maka pandai-pandailah bersyukur dan sebaliknya, jika kita ingin hidup kita tersungkur maka kufurlah, namun perlu di garis bawahi bahwa yang di maksud dengan kufur disini adalah sikap megingkari karunia atau nikmat yang Allah berikan kepada kita. (hal. 50).

Semestinya, kita selaku orang yang beriman harus mengetahui bahwa Allah Swt, akan memberikan ujian atau musibah kepada orang-orang yang beriman, sebagaimana tersirat dalam beberapa ayat-Nya. Allah memberikan ujian dan musibah ini semata-mata untuk meningkatkan derajat keimanan seseorang, dan perlu disadari bahwa ujian atau musibah itu, bukan sekedar kesulitan dan impitan hidup yang menyebabkan kesedihan. Hati-hati, bisa jadi ujian yang Allah berikan kepada kita bisa berupa kebaikan, kemudahan, dan keberuntungan dalam hidup. (hal. 65-67).

Ketika kita sudah mengetahui, bahwa dalam hidup ini adakalanya kita akan mengalami keterpurukan dan kesempitan, yang merupakan proses kehidupan yang tidak bisa dielekkan, yang kerapkali membuat dada kita sesak, bahkan sulit untuk sekedar bernapas. Oleh karena itu, Segeralah kembalilah kepada Allah Yang Maha Menggenggam untuk semua kebahagiaan dan keterpurukan yang kita alami. (hal. 143).

Satu pesan penting yang ditulis penulis buku ini, yang penulis kutip dari Ustad Yusuf Mansur adalah; “bagi siapa pun yang ingin mewujudkan tujuan hidup berkelimpahan, jangan hanya berniat untuk memperkaya diri, karena sikap demikian hanya akan membahayakan kita. Lebih baik niatkan dalam diri bahwa jika kita hidup kaya, kita akan terus memperbaikki kualitas keimanan dan kesalehan di hadapan-Nya. Selain itu, niatkan juga agar dengan kekayaan yang kita miliki, kita bisa berbagi debfab orang-orang di sekitar kita”.(hal. 162-163).

Akhirnya, tidak ada kalimat yang paling penting yang bisa mewakili pembahasan buku ini. Hanya seruan penulis untuk selalu mengingat kematian agar kita lebih terampil untuk menghiasi diri dengan kemuliaan. Ingatlah kematian agar kita pintar menata hati dengan ketakwaan. Ingatlah kematian agar kita lebih pandai mengisi jiwa dengan ketawadhuan. (hal. 188).

Buku ini, sangat menarik sekali, bisa dibaca oleh siapa saja yang ingin terjun dalam dunia usaha atau bisnis. Karena terdapat edukasi spiritualitas yang tinggi dalam buku ini, yang berada diluar kemampuan nalar manusia. Mengingatkan kita akan kematian untuk memperoleh rezeki yang berkelimpahan, disertai juga dengankultweet yang mampu memberikan varian yang lebih, yang tidak dimiliki oleh buku-buku motivasi lainnya.
_____________________________________
Judul buku        : Rezeki Itu Pasti, Mati itu Misteri                 
Penulis              : Ali Akbar
Penerbit          : PT Mizan Pustaka
Tahun Terbit   : Januari 2013
Tebal               : xiv+ 200 halaman 
ISBN                 : 978-602-9255-30-0
Presensi           : Umar Faruk Fazhay, Mahasiswa Ekonomi Syariah IAI. Nurul Jadid (IAINJ) Paiton Probolinggo.

*dimuat di www.rimanews.com (7 Agustus 2013)
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar