Welcome to farukfazhay.blogspot.com, blog ini diasuh oleh Umar Faruk Fazhay asal Jl. Raya Sawah Tengah Robatal Sampang Madura Jawa Timur MENYELAMI MIMPI

Senin, 25 Mei 2015

Faruk Fazhay


Jumat, 19 Desember 2014

Back to December | Taylor Swift

I'm so glad you made time to see me
Aku sangat senang kau mau luangkan waktu untuk menemuiku
How's life? Tell me, how's your family?
Bagaimana kabarmu? Katakan, bagaimana kabar keluargamu?
I haven't seen them in a while
Sudah cukup lama aku tak bertemu mereka

You've been good, busier than ever
Kabarmu baik, lebih sibuk dari dahulu
We small talk, work and the weather
Kita berbincang, (tentang) pekerjaan dan cuaca

Your guard is up, and I know why
Kau tampak hati-hati, dan aku tahu sebabnya

Because the last time you saw me
Karna terakhir kali kau melihatku
Is still burned in the back of your mind
Masih berkobar di dalam pikiranmu
You gave me roses, and I left them there to die
Kau beri aku mawar, dan kubiarkan semuanya layu

So this is me swallowing my pride
Dan kini kutelan ludahku sendiri
Standing in front of you, saying I'm sorry for that night
Berdiri di depanmu, minta maaf untuk malam itu
And I go back to December all the time
Dan selalu kukenang bulan Desember 

It turns out freedom ain't nothing but missing you
Ternyata kebebasan tiada artinya jika merindukanmu
Wishing I'd realized what I had when you were mine
Berharap dulu kusadari yang kumiliki saat kau bersamaku
I go back to December, turn around and make it alright
Kukenang kembali bulan Desember, menoleh dan meluruskan semuanya
I go back to December all the time
Selalu kukenang bulan Desember 

These days, I haven't been sleeping
Akhir-akhir ini, aku tak bisa tidur
Staying up, playing back myself leaving
Terjaga, membayangkan kepergianku
When your birthday passed, and I didn't call
Di hari ulang tahunmu, dan aku tak menghubungimu

Then I think about summer, all the beautiful times
Lalu terpikirku tentang musim panas, saat-saat yang indah
I watched you laughing from the passenger side
Kulihat kau tertawa di bangku penumpang
And realized I loved you in the fall
Dan kusadari aku mencintaimu di musim gugur

And then the cold came, the dark days
Dan lalu musim dingin datang, hari-hari gelap
When fear crept into my mind
Saat rasa takut merasuk pikiranku
You gave me all your love, and all I gave you was goodbye
Tlah kau berikan seluruh cintamu, dan kubalas dengan meninggalkanmu

So this is me swallowing my pride
Dan kini kutelan ludahku sendiri
Standing in front of you, saying I'm sorry for that night
Berdiri di depanmu, minta maaf untuk malam itu
And I go back to December all the time
Dan selalu kukenang bulan Desember 

It turns out freedom ain't nothing but missing you
Ternyata kebebasan tiada artinya jika merindukanmu
Wishing I'd realized what I had when you were mine
Berharap kusadari yang kunikmati saat kau bersamaku
I go back to December, turn around and make it alright
Kukenang kembali bulan Desember, menoleh dan meluruskan semuanya
I go back to December all the time
Selalu kukenang bulan Desember 

I miss your tan skin, your sweet smile
Aku rindu kulit sawo matangmu, senyum manismu
So good to me, so right
Begitu indah bagiku, begitu indah
And how you held me in your arms that September night
Dan bagaimana kau dekap aku di malam bulan September itu
The first time you ever saw me cry
Pertama kali kau lihat aku menangis

Maybe this is wishful thinking
Ini mungkin hanya harapan
Probably mindless dreaming
Mungkin sekedar mimpi
But if we loved again, I swear I'd love you right
Namun jika kita saling mencintai lagi, aku bersumpah akan mencintaimu seperti seharusnya

I'd go back in time and change it, but I can't
Aku mau kembali ke masa lalu dan mengubahnya, namun aku tak bisa
So if the chain is on your door, I understand
Maka jika rantai itu ada di pintumu, kumengerti

So this is me swallowing my pride
Dan kini kutelan ludahku sendiri
Standing in front of you, saying I'm sorry for that night
Berdiri di depanmu, minta maaf untuk malam itu
And I go back to December all the time
Dan kukenang kembali bulan Desember ketika itu

It turns out freedom ain't nothing but missing you
Ternyata kebebasan tiada artinya jika merindukanmu
Wishing I'd realized what I had when you were mine
Berharap kusadari yang kunikmati saat kau bersamaku
I go back to December, turn around and make it alright
Kukenang kembali bulan Desember, menoleh dan meluruskan semuanya
I go back to December all the time
Selalu Kukenang bulan Desember

Rabu, 23 Juli 2014

Bahaya Politik Pencitraan dan Money Politik














Usai sudah perhelatan pesta demokrasi Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014. Hanya menyisakan kenangan yang tentu masih melekat dalam akal dan pikiran. Wajah-wajah yang terpampang dalam sepanduk dengan raut wajah yang memesona (penuh harap), sebagai sarana untuk mengumbar segala bentuk kebaikan (pencitraan).

Demikian juga dengan serangan fajar, serangan malam, serangan subuh, serangan siang sampai dengan serangan TPS alias money politik yang berakhir pada depresi dan gila bagi mereka yang gagal meraih suara. Inilah yang membuat hati saya tergerak untuk menulis opini ini, serta sebagai bahan koreksi dan perhatian bagi seluruh elemen masyarakat, lebih-lebih mengenai negative fedback yang ditimbulkan oleh keduanya (politik pencitraan dan money politik).

Mendekati Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 mendatang, tentu juga tidak akan lepas dengan yang namanya politik pencitraan dan money politik, lebih-lebih menjelang waktu pemilihan. Hal ini yang harus menjadi sorotan dan perhatian bagi para ulama dan akademisi untuk memberikan arahan kepada masyarakat awam agar meninggalkan pengaruh media massa dan money politik yang sifatnya hampa dan nista.

Perlu diingatkan kembali bahwa masa depan Indonesia lima tahun kedepan berada di tangan para masyarakat sekaliah. Sudikah lima tahun kedepan negeri ini dipimpin oleh pemimpin produk media (pencitraan belaka)?, atau malah di tukar dengan uang Rp 20.000,-, Rp 30. 000,- sampai Rp 50. 000,- (per-suara) jika demikian yang terjadi. Lantas, mau dibawa kemana negeri ini selama lima tahun kedepan?.

Propaganda Media
Alkisah, konon di Tiongkok, ada seorang menteri bertanya kepada rajanya, ”Apakah yang mulia percaya jika seorang rakyat melapor bahwa ada seekor harimau mengamuk di pasar?”. ”Tentu tidak”, jawab raja. Kemudian si menteri bertanya lagi. ”Kalau ada dua orang yang melaporkan?”. ”Aku akan mulai bertanya-tanya.”. Bagaimana jika tiga orang mengatakan bahwa mereka melihat harimau?”. ”Aku akan percaya,” jawab raja tegas.  Kisah ini menunjukan bahwa adanya harimau di pasar belum pasti benar. Tetapi, jika diulang oleh banyak orang, maka hal tersebut seakan-akan menjadi nyata.

Demikian juga yang sedang terjadi dan menimpa negeri kita sekarang. Banyak di antara Calon Presiden (Capres) yang memamfaatkan media massa baik cetak maupun elektronik untuk meningkatkan elektabilitas mereka. Mereka bayar produser stasiun televisi, bloger, website, tabloid, majalah, buletin, dan koran. Sehingga tidak tidak hanya didunia nyata saja yang sesak dan banjir dengan iklan Capres sampai pada dunia maya (internet) pun ramai dengan pemberitaan tersebut. Jika tidak tidak percaya anda bisa langsung mengetik di mesin pencari (search engine) google, pasti penuh dengan artikel, opini dan pemberitaan seputar Capres.

Lain lagi, dengan aksi-aksinya yang blusukan masuk ke perkampungan, yang banyak menyedot perhatian. Hingga kadang membuat masyarakat lupa bahwa tugasnya mencangkul disawah belum selesai dikerjakan, serta berkunjung ke pesantren-pesantren mengunjungi kiai-kiai yang kharismatik yang dianggap memiliki umat banyak sehingga terkadang kiai pun (maaf) lupa bahwa ada waktu molang (ngajar) atau setidaknya bisa membuyarkan konsentrasi santri yang sedang belajar. Sungguh sangat memprihatinkan sekali, ironisnya lagi segala bentuk gerak-gerik Capres itu selalu diekspos dan tidak luput dari bidikan camera, hampir setiap hari head line koran dan stasiun televisi selalu diisi dengan pemberitaan pencitraan yang terbingkai dalam agenda kunjungan-kunjungan.

Inilah yang saya maksud dengan propaganda media, maka tidak salah jika kemudian Lenin pemuka komunis mengatakan ”Suatu kepalsuan yang diceritakan secara terus-menerus akan dianggap sebagai kebenaran”. Demikian juga dengan politik pencitraan yang memamfaatkan media. Ketika media mengulang-ulang memberitakan bahwa Capres ini, sering membantu masyarakat, blusukan, cekatan, kaya raya sehingga dijamin mampu mengemban amanah serta pro rakyat kecil dan petani. Bisa jadi masyarakat yang tidak tahu asal-usunya Capres tersebut bisa saja langsung percaya dan memutuskan pilihan kepadanya. Itulah hebatnya media massa bisa menyulap orang biasa menjadi orang yang luar biasa. Meskipun realitasnya, secara kapasitas, kapabilitas dan kredibilitas tidak mumpuni untuk memimpin negeri ini.

Money Politik Siapa yang Tidak Mau?
Rasa-rasanya untuk saat ini, sulit sekali menemukan orang yang zuhud dalam memilih pemimpin. Artinya kalau tidak golput seperti yang terjadi dibeberap daerah di Kabupaten Sampang Madura, mereka mau memilih dan mendatangi TPS asalkan ada imbalannya dengan menggunakan beberap istilah kata yang saya rasa tidak etis untuk disebutkan dalam tulisan ini, dan karena hal itu sudah tidak asing dan lumrah dikalangan masyarat baik kota maupun desa.

Praktek dari Money Politics dalam pemilu sangat beragam. Jadi tidak heran jika gagal dalam maraih kursi seperti dalam pemilihan legislatif kemaren beraneka ragam juga penyakit yang diderita oleh mereka yang gagal menjadi anggota legislatif. Di sejumlah daerah, kita menyaksikan banyak Caleg yang harus dilarikan ke rumah sakit, karena mengalami gangguan mental. Bahkan akibat gangguan mental yang mereka alami, berdampak terhadap prilaku keseharian mereka. Ada yang tertawa sendiri, ada yang berlari sambil menelanjangi diri, ada yang memarahi warga yang sudah terlanjur mereka berikan imbalan, ada yang kembali menarik bantuan yang sudah terlanjur mereka berikan. Bahkan yang ekstrim ada yang sampai mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri serta masih banyak prilaku aneh lainnya.

Caleg gila akibat gagal lolos menjadi anggota dewan ini memang sudah menjadi fenomena saban pemilu legislatif. Pada pileg 2009 lalu misalnya, setidaknya Kementerian Kesehatan mencatat ada 7.736 caleg gila di seluruh Indonesia. Perinciannya, caleg gila untuk DPR RI ada 49 orang, DPRD provinsi 496 orang, DPD 4 orang dan DPRD kabupaten dan kota 6.827 orang. Sebagaimana dilansir dari www.an-najah.net.

Apalagi pasca Pileg 9 April 2014 lalu, pasti jumlahnya semakin meningkat. Diantara berita yang sempat saya baca di merdeka.com tercatat ada lima aksi gila yang dilakukan oleh mereka yang gagal nyaleg, diantaranya adalah: Caleg PKS asal Sampang rebut paksa kotak suara di TPS, Caleg Hanura asal Tulungagung tarik bantuan untuk Musala, Caleg wanita Gerindra di Solo cakar rekan partai, Caleg gagal di Ambon demo keliling desa, Caleg gagal asal Klungkung, Bali dari partai Golkar blokir jalan desa dan masih banyak lagi berita yang lainnya.

Semua itu masih dalam lingkup Pileg, bagaimana dengan Pilpres yang lingkupnya lebih besar lagi. Sudihkah kita melihat saudara kita yang gagal nyaleg atau bahkan yang gagal nyapres nanti menjadi depresi bahkan gila, gara-gara banyaknya uang yang dikeluarkan oleh mereka untuk membeli suara. Semoga tidak, dan semoga pihak aparat hukum memberikan sangsi yang lebih tegas lagi bagi dalang money politik tersebut. Sehingga masyarakat bisa sadar dan menyadari bahwa perbuatan tersebut tidak baik dan sangat tercela.

dimuat di Media Online Ngokos.Com

Jumat, 09 Mei 2014

Sujiwo Tejo; Relevansi Antara Tulisan dan Performa


 Setelah kemaren (01/05/14) mengikuti sarasehan budaya yang diselenggarakan oleh Gubenur BEMs Fakultas Syariah IAI Nurul Jadid dengan Tema: ”Selamatkan Anak Bangsa Dari Bahasa Lupa”. Saya bisa menyesuaikan antara buku yang dikarang oleh Sujiwo Tejo dengan performa Sujiwo Tejo yang juga sama-sama nyentrik. Pikiran saya semakin yakin bahwa Sujiwo Tejo merupakan dalang edang, dengan aksi-aksi panggungnya yang sangat nyetrik dan jenaka. Tidak jauh beda dengan tulisan-tulisannya. Baik dalam Wayang maupun Senggang yang rutin dimuat di harian Jawa Pos edisi minggu yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku oleh penerbit Mizan Pustaka dengan judul Lupa Endonesa Deui.

Sepintas membaca judulnya saja sudah tampak kenyentrikannya lebih-lebih dalam kata Endonesa yang seharusnya ditulis Indonosia. Jadi tidak salah jika kemudian Mahfud MD dalam kata pengantarnya memberikan judul ‘Sujiwo Tejo ”Carpet”  dan ”Carpag”.’ Sebuah kekhasan yang melekat pada diri Sujiwo Tejo yang tidak dimiliki oleh penulis, budayawan dan dalang yang lainnya. Mungkin benar jika saya katakan bahwa Sujiwo Tejo merupakan sosok dalang yang super jenaka, terbukti saat tampil mengisi Sarasehan Budaya di Auditorium IAI Nurul Jadid Kemaren.

Dalam buku ini, penulis mencoba menghadirkan format tulisan yang bernuansa budaya Indonesia asli. Hal ini sangat pas sekali momennya yakni ditengah gencarnya kesenian dari Korea, Amerika dan lain-lain yang menyusup dan membuat anak bangsa kesurupan dan menjelma orang asing di negeri sendiri. Sungguh sangat memperihatinkan sekali!. Padahal pendekatan budaya ini penting, terutama dalam berbangsa dan bernegara, sebab dalam sejarah politik dan ketatanegaraan, kita telah gagal membawa negara ketika menjadikan politik dan kemudian ekonomi sebagai panglima.

Pokoknya buku ini sangat unik dan menarik sekali dengan menghadirkan toko-toko ponawakan Gareng, Petruk dan Bagong semua terasa alami dan indonesia sekali. Terdapat banyak kritikan dan saran tentang segala hal dan peristiwa kontemporer yang terjadi di negeri kita ini. Pokoknya rugi kalau tidak membaca buku ini. Bagi anda yang tidak sempat membaca tulisan-tulisan Sujiwo Tejo di harian Jawa Pos hari minggu, buku ini adalah alternatifnya karena didalamnya memuat kumpulan tulisan-tulisan tersebut, yang juga merupakan lanjutan dari buku pertama dengan judul yang sama.

Membaca buku ini berarti sudah menyegarkan ingatan kita untuk bangkit dan mengingat Indonesia lagi. Namun sebaik-baik benda apapun pasti ada kekurangannya, yang tentu harus dikoreksi dan diperbaiki kembali. Karena tidak semua orang Indonesia tahu dan paham apa itu wayang, ponakawan dan siapa itu toko Gareng, Petruk dan Bagong. Dalam buku ini penulis tidak memberikan penjelasan mengenai semua istilah itu, sehingga menyulitkan pembaca yang tidak mengenal istilah- istilah tersebut. Selamat Membaca.

Judul buku  : Lupa Endonesa Duei
Penulis : Sujiwo Tejo
Penerbit   : PT Mizan Pustaka
Tahun Terbit : 2013
Tebal  : xviii+339 halaman  
ISBN   : 978-602-7888-96-8
Peresensi : Umar Faruk Fazhay

Dimuat di Wasathan.com 9 Mei 2014

Minggu, 27 April 2014

SUJIWO TEJO GOES TO IAI NURUL JADID PAITON


Sabtu, 08 Maret 2014

Calon Presiden Indonesia 2014

Gerakannya cepat, masalah tidak disimpan, melainkan dipecahkan ditempat, bersahaja dan dekat, rela berkorban, Itulah pandangan saya tentang Dahlan Iskan
Rhenald Kasali
Pakar Manajemen, pendiri rumah perubahan
dikutip dari Koran Jawa Pos Minggu 9 Maret 2014

 Sosok yang Tegas dan Pemberani itu Bernama Mahfud MD

Jumat, 07 Maret 2014

LOMBA CIPTA PUISI TINGKAT NASIONAL BERTEMA BENCANA

Aishiteru Menulis
Deadline: 31 Maret 2014
Pengumuman Pemenang: 10 April 2014

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dear penulis muda Indonesia. Apa kabar Anda? Harapan dan doa kami, semoga Anda tetap sehat dan terus aktif berkarya.

Tahun 2014 bisa disebut tahun bencana. Di mana-mana terjadi bencana alam, mulai dari gunung meletus, gempa bumi, banjir bandang, tanah longsor, kabut asap, serta banyak bencana lainnya. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya bencana itu, salah satunya sebab ulah tangan manusia.

Berangkat dari fenomena yang terjadi secara global itu, FAM Indonesia kembali membuka Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional yang kali ini bertajuk “Bencana Alam, Cara Tuhan Menegur Kita”. Apa syarat dan ketentuannya? Simak sbb:

1. Lomba terbuka untuk semua kalangan, baik berstatus anggota maupun non-anggota FAM Indonesia, baik muslim maupun non-muslim.

2. Lomba ini tanpa pungutan biaya apa pun dari peserta alias GRATIS.

3. Puisi hanya bertema bencana alam dengan menulis sisi-sisi human interest (kemanusiaan) sehingga menggugah siapa saja yang membacanya.

4. Naskah puisi diketik di microsof word 2003 atau 2007, rapi, kertas kuarto A4, ketikan 1 spasi, jenis font time new roman, ukuran huruf 12.

5. Bentuk puisi bebas, panjang minimal setengah halaman dan maksimal 1 halaman

6. Jumlah puisi yang diikutkan dalam lomba ini maksimal 2 (dua) judul. Bagi penulis yang mengirim puisi lebih dari 2 (dua) judul, maka FAM akan mengambil puisi yang dikirim maksimal 2 (dua) judul pada kiriman yang pertama.

7. Di bagian akhir puisi dibubuhkan identitas peserta yang terdiri dari: NAMA LENGKAP (bukan Nama Pena), NOMOR IDFAM (hanya khusus anggota FAM, non-anggota FAM tanpa ID), ASAL DAERAH, NOMOR HP dan ALAMAT EMAIL.

8. Naskah puisi yang dilombakan dikirim ke email FAM Indonesia: lombafamindonesia@gmail.com, dengan Subjek Email “LOMBA CIPTA PUISI FAM INDONESIA_NAMA PENULIS”. Selain itu, kirim juga BIODATA NARASI maksimal panjang 4 (empat) baris).

9. Naskah puisi dilampirkan di attach file (lampiran email), bukan di badan email, dan kiriman email membubuhkan surat pengantar yang menyebutkan bahwa naskah puisi adalah asli (original), belum pernah diterbitkan, dan bersedia didiskualifikasi jika diketahui telah diikutkan pada event lain ataupun telah terbit di media massa

10. Tim FAM akan meng-update judul puisi dan nama peserta di grup (klik) https://www.facebook.com/groups/forumaishiterumenulis/ (bagi yang belum bergabung di grup silakan bergabung).

HADIAH-HADIAH

Juara 1:
Baju Kaos + Paket Buku + Piagam Penghargaan + Naskah Puisi Dibukukan

Juara 2:
Baju Kaos + Paket Buku + Piagam Penghargaan + Naskah Puisi Dibukukan

Juara 3:
Baju Kaos + Paket Buku + Piagam Penghargaan + Naskah Puisi Dibukukan

77 NASKAH PUISI PILIHAN DIBERIKAN PIAGAM PENGHARGAAN DAN NASKAH PUISI DIBUKUKAN!

Seluruh peserta yang mengikuti lomba ini mendapatkan Piagam Penghargaan dari FAM Indonesia.

Ayo, tunggu apa lagi. Segera kirim puisi terbaik Anda, dan jadilah Sang Pemenang.

Salam santun, salam karya.

FAM INDONESIA

Rabu, 05 Maret 2014

Anda Bisa Mendownload E-Koran Al-Amiri Pos Gratis, Klik Disini





A