Setelah
kemaren (01/05/14) mengikuti sarasehan budaya yang diselenggarakan oleh Gubenur
BEMs Fakultas Syariah IAI Nurul Jadid dengan Tema: ”Selamatkan Anak Bangsa Dari
Bahasa Lupa”. Saya bisa menyesuaikan antara buku yang dikarang oleh Sujiwo Tejo
dengan performa Sujiwo Tejo yang juga sama-sama nyentrik. Pikiran saya semakin
yakin bahwa Sujiwo Tejo merupakan dalang edang, dengan aksi-aksi panggungnya
yang sangat nyetrik dan jenaka. Tidak jauh beda dengan tulisan-tulisannya. Baik
dalam Wayang maupun Senggang yang rutin dimuat di harian Jawa Pos edisi minggu
yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku oleh penerbit Mizan Pustaka
dengan judul Lupa Endonesa Deui.
Sepintas
membaca judulnya saja sudah tampak kenyentrikannya lebih-lebih dalam kata
Endonesa yang seharusnya ditulis Indonosia. Jadi tidak salah jika kemudian
Mahfud MD dalam kata pengantarnya memberikan judul ‘Sujiwo Tejo ”Carpet” dan ”Carpag”.’ Sebuah kekhasan yang melekat
pada diri Sujiwo Tejo yang tidak dimiliki oleh penulis, budayawan dan dalang yang
lainnya. Mungkin benar jika saya katakan bahwa Sujiwo Tejo merupakan sosok
dalang yang super jenaka, terbukti saat tampil mengisi Sarasehan Budaya di
Auditorium IAI Nurul Jadid Kemaren.
Dalam buku
ini, penulis mencoba menghadirkan format tulisan yang bernuansa budaya
Indonesia asli. Hal ini sangat pas sekali momennya yakni ditengah gencarnya
kesenian dari Korea, Amerika dan lain-lain yang menyusup dan membuat anak
bangsa kesurupan dan menjelma orang asing di negeri sendiri. Sungguh sangat
memperihatinkan sekali!. Padahal pendekatan budaya ini penting, terutama dalam
berbangsa dan bernegara, sebab dalam sejarah politik dan ketatanegaraan, kita
telah gagal membawa negara ketika menjadikan politik dan kemudian ekonomi
sebagai panglima.
Pokoknya
buku ini sangat unik dan menarik sekali dengan menghadirkan toko-toko ponawakan
Gareng, Petruk dan Bagong semua terasa alami dan indonesia sekali. Terdapat
banyak kritikan dan saran tentang segala hal dan peristiwa kontemporer yang
terjadi di negeri kita ini. Pokoknya rugi kalau tidak membaca buku ini. Bagi
anda yang tidak sempat membaca tulisan-tulisan Sujiwo Tejo di harian Jawa Pos
hari minggu, buku ini adalah alternatifnya karena didalamnya memuat kumpulan
tulisan-tulisan tersebut, yang juga merupakan lanjutan dari buku pertama dengan
judul yang sama.
Membaca buku
ini berarti sudah menyegarkan ingatan kita untuk bangkit dan mengingat
Indonesia lagi. Namun sebaik-baik benda apapun pasti ada kekurangannya, yang
tentu harus dikoreksi dan diperbaiki kembali. Karena tidak semua orang
Indonesia tahu dan paham apa itu wayang, ponakawan dan siapa itu toko Gareng,
Petruk dan Bagong. Dalam buku ini penulis tidak memberikan penjelasan mengenai
semua istilah itu, sehingga menyulitkan pembaca yang tidak mengenal istilah-
istilah tersebut. Selamat Membaca.
Judul buku : Lupa Endonesa Duei
Penulis : Sujiwo Tejo
Penerbit : PT Mizan Pustaka
Tahun Terbit : 2013
Tebal
: xviii+339 halaman
ISBN
: 978-602-7888-96-8
Peresensi : Umar Faruk Fazhay
Dimuat di
Wasathan.com 9 Mei 2014