Welcome to farukfazhay.blogspot.com, blog ini diasuh oleh Umar Faruk Fazhay asal Jl. Raya Sawah Tengah Robatal Sampang Madura Jawa Timur MEMOAR STUDI TOUR EKONOMI SYARIAH IAINJ ~ MENYELAMI MIMPI

Kamis, 21 Februari 2013

MEMOAR STUDI TOUR EKONOMI SYARIAH IAINJ

Ketika mengulas masalah bepergian, berwisata, bertamasyah, tour atau apalah yang sekiranya mengantarkan kita pada sebuah tempat tujuan. Aku teringat pada masa kecil dulu, masa di mana aku masih suka mengawinkan kulitku di bawah terik matahari, berlari-lari di tanah lapang, berenang-renang di sungai-sungai, main petak umpet di rongga batu sungai yang di atasnya mengalir air yang begitu deras, di sana aku perhatikan ikan-ikan yang berloncatan berlomba-lomba melewati rongga batu, dengan sekian besar arus air yang mengalir, ada yang gagal ada juga yang sukses melawan arus air yang begitu deras, serta bunyi gemericiknya yang menghibur sekali, sampai-sampai suatu ketika banjir datang dan aku lupa jalan pulang.

Biasanya jika suatu ketika keluargaku ingin bepergian satu bulan  sebelumnya sudah mengabarkan, jadinya aku merasa tergiang-giang, ingin cepat-cepat sampai waktunya, sering kali hati bercakap diri, apa yang akan di kerjakan disana nanti.  Persiapan demi persiapan, mulai dilakukan, kadang meski dalam mimpi sekalipun sering kali datang dan selalu tak memuaskan, membawa ruhku berjalan-jalan meninggalkan raga sebagaimana direncanakan.

Begitulah kebiasaanku beberapa tahun yang lalu saat aku masih anak ingusan, namun sampai saat ini masih terekam rapi dalam otak kiri, tak pernah aku alpa atau lupa dengan petualangan dan perjalananku dulu. Sesudah aku beranjak dewasa, dan tak lagi bermain di sawah-sawah aku di perkenalkan dengan perjalan ilmiah entahlah perjalanan ini sangat beda sekali dibanding perjalanan bersama keluarga saat aku masih sekolah dasar (SD).

Tak ada tanda-tanda bahwa malam ini tubuhku akan di bawa bus pariwisata. Harap cemas hilang seketika, yah! Mungkin perjalanan ini menunjukkan bahwa mindset ku sudah mulai dewasa, tak ada lagi hayalan-hayalan tingkat tinggi yang tidak akan pernah di mengerti kecuali oleh sesama anak setingkat sekolah dasar yang suka bermain saja seharian tidak mau pulang. Hal itu mengingatkanku pada sebuah makolah “tidak akan tahu pada kewalian seseorang kacuali dia juga wali”. Saat itu aku masih buta pengetahuan, terlebih tentang arti sebuah kehidupan yang jalannya terjal dan panjang, hanya andai-andai dan kesenangan yang selalu terpatri dalam hati, kecuali saat kondisi tubuhku tidak setabil, sehingga membuatku harus kembali merengik di pangkuan sang ibu.

Saat langit masih hitam pekat tertutup jubah malam, aku lemparkan pandanganku ke wajah langit mencocokkan dengan jam yang menempel di dinding cangkruk tapi tak ada isyarat yang menyurutkanku. Apa yang akan terjadi gerangan?. Kemudian aku membersihkan diri di kamar mandi, mematut-matut diri pada sebuah cermin yang tak bertepi. Kemudian aku berjalan dan bergerak mengikuti otot yang dipandu otak, dalam perjalanan tiba-tiba rasa takut mencekam, seakan kakiku berat untuk ku pindahkan menjadikan yang dekat terasa jauh, apalagi ketika dinginnya hembusan angin malam yang menyempitkan ruas jalan. Namun aku tetap tenang saja, menyusun detak jantungku dengan do’a-do’a, sementara lisanku bernyanyi sendiri tak mau peduli.

Sejurus kemudian aku tiba di depan Institut Agama Islam Nurul Jadid kampusku tercinta, kulihat kampus itu masih belum terbentuk karena masih tertutupi jubah malam, dan setelah ku sapukan pandanganku ke sebelah kiri ternyata dua bus sudah terparkir di depan mata, segera ku bergegas mencari batang hidung sahabat-sahabatku yang tak terpantul di kornea mata, sedetik kemudia kudapati sebagian mereka sudah berkumpul di depan MANJ, rupanya mereka sudah rapi semua, hanya segelintir orang saja yang belum kelihatan batang hidungnya.

Setelah itu seorang sahabat mengajakku ke sebuah ruang, untuk mengambil kartu identitas sebagai tanda peserta studi tour dalam perjalanan yang menuai banyak obrolan, tak disangka bahwa pada saat itu aku seakan memasuki surga, yang mana di sisi kiri dan kanan jalannya di penuhi oleh bidadari yang entah dari mana turunnya. Bidadari-bidadari itu berbusana puith, melambangkan ke sucian hatinya, mereka melipat sayapnya serta aroma parfumnya yang mengundang rasa. Ku coba kendalikan diri, menyalip leherku tak membiarkan ia berputar ke kanan ke kiri.

Selang beberapa menit sebelum keberangkatan, ada satu sahabatku yang tak kelihatan batang hidungnya. Sudah berkali-kali aku minta tolong sahabatku yang lain untuk menghubunginya tapi  Hand phone miliknya tidak aktif-aktif, betapa aku di rendung kecemasan kala itu, sudah ku tanyakan pada ketua panitia untuk di tanyakan di bus bison tapi disana tidak ada juga, ujarnya.

Akhirnya salah-satu sahabatku memberi alternatif untuk mengembalikan ongkos yang dia bayar nanti, dengan kesepakatan bersama akhirnya aku bisa duduk lega. Namun sebenarnya bukan itu yang aku cemaskan tapi kebersamaan dan kekompakan yang aku hawatirkan, tidak terbangun sempurna karena hilangnya satu bilangan dalam perjalanan.

Mikropon mulai di hidupkan oleh ketua rombongan, satu persatu nama peserta studi tour mulai keluar dari dalam mikropon, dan sejenak kemudian bus membawa tubuh yang berjejal di kursi bus itu, mengantarkan pada maksud dan tujuan, begitulah sebenarnya bukan makanan, minuman, make up, cermin, tas atau ransel yang kita bawa dalam perjalanan, tapi dalam perjalanan hanya maksud dan tujuan yang kita bawa.
Setelah bus melaju iring-iringan sejengkal demi sejengkal pondok Nurul Jadid mulai menghilang dari pandanganku, ku rebahkan tubuhku di atas kursi yang tampak lusuh, aku merasakan ketenangan yang terbangun dari kebersamaan, aku merasaka jiwa dan sukma bergentayangan dalam satu ruangan di tambah sejuknya AC yang aduhai!.

Kurang lebih satu jam bus yang ku tumpangi melaju kencang, malam mulai menyingsingkan jubahnya dan mega kuning di ufuk timur mulai bermunculan, ketika itu bus masuk ke lokasi makan dan akupun turun serentakan. Di lokasi itu aku mengabadikan diri pada sebuah kamera, tidak cuman sendiri tapi selalu bersama-sama. Aku benar-benar merasakan indahnya kebersamaan saling potret-memotret satu sama lain menyesaki rumah makan. ku lihat mereka ternyata berkelompok-kelompok ada yang lari ke kamar mandi, ada yang baca Koran sambil berdiri dan ada juga yang duduk di atas kursi makan roti sambil minum kopi.

Di meja dan kursi ruang makan ini ku dapati sebuah kesalahan yang mengundang ketawa banyak orang. Aku dan sahabat mahasiswa yang lainnya duduk di atas kursi yang sudah berpenghuni. Lalu Aku dan sahabat mahasiswa yang lain pindah ke sebelah selatan, dan di sana mereka memesan makanan. Sepertinya ruangan ini juga sudah biasa dijadikan tempat mengisi perut orang cina yang sulit sekali di mengerti bahasanya. Lebih dari setengah jam aku terdiam dalam penantian, menu pesanan tak kunjung datang. Sampai akhirnya sebagian dari sahabat-sahabatku meninggalkan kursi-kursinya. Entahlah apakah karena tak kuat menahan perut mereka atau karena alasan yang lainnya. Menunggu memang hal-hal yang membosankan, menunggu adalah meringkuk dalam cengkraman kuku sang waktu. Namun akhirnya ketika kejenuhan itu mulai merasuk dalam jiwaku pelayan rumah makan itu mengantarkan menu yang aku pesan kemudian aku dan sahabat mahasiswa yang lainnya menyantapnya bersama-sama.

Namun aku tidak bisa menghabiskan makanan itu karena aku sadar aku tidak biasa makan pagi, jadinya aku merasa perutku kenyang tak berisi. Setelah makan selesai aku menuju kasir dan membayarnya, di tempat itu seorang mahasiswi menyapa dan memberi tahuku  bahwa tas yang ku gendong terbuka, dan akupun segera menarik resletingnya seraya menuturkan terima kasih pada mahasiswi tersebut, entah siapa dia aku tak mengenalnya.

Aku bergegas bergabung dengan kelompokku, kemudian mengajak semua sahabatku keluar menuju halaman, memasuki bus dan melanjutkan perjalanan dengan beberapa nuansa cerita yang berirama dan sulit ku tangkap semua. Perjalanan yang sangat jauh jaraknya sulit di ukur dengan hasta. Dari beberapa aktifitas yang sudah aku lakukan seperti menyempatkan membaca, mendengarkan musik dan ngobrol dengan sahabat mahasiswa di sampingku, sampai aku terbangun dari tidurku tapi bus yang ku tumpangi masih saja melaju kencang.

Sementara salah satu sahabatku di kursi bagian paling belakang meminta sopir bus untuk berhenti karena dia kebelet pipis tampaknya dia ingin cepat-cepat urinate, tapi sopir bus itu ngotot tidak mau berhenti karena masih belum menemukan lokasi yang pas untuk memarkirkan busnya. rencananya akan berhenti jika ada Pom Bensin, yang sekiranya strategis untuk dijadikan tempat parkir. Sementara beberapa sahabat mahasiswa yang dibelakang terus bersuara terlebih ketika setiap ada Pom Bensin di pinggir jalan. Mereka mengadu-ngadukan pada satu sahabat mahasiswa yang kebelet pipis barusan bahwa busnya akan berhenti, tapi nyatanya tidak meski sudah melewati beberapa Pom Bensin, mungkin karena tidak adanya tempat parkir yang strategis.

Beberapa menit kemudian sopir bus memarkirkan busnya di pinggir jalan, dan sahabat mahasiswa yang kebelet pipis barusan segera berlari ke kamar mandi. Akhirnya aku turun juga karena aku juga merasa begitu, ternyata tidak hanya satu mahasiswa saja yang kebelet pipis tapi banyak mahasiswa, sampai kamar mandi tiba-tiba banjir dengan mahasiswa. Kemudia perjalanan dilanjutkan kembali dan akupun terlelap dalam mimpi dan terbangun ketika sudah di tempat parkir Wisata Religi.

Kurang lebihnya jam sebelas aku sampai disana, dan ketika itu ketua rombongan mengintruksikan bahwa waktu di lokasi Wisata Religi Sunan Ampel hanya satu jam. Jadinya hanya beberapa orang saja yang di perbolehkan memasuki pasar untuk mengadakan penelitian ke pasar-pasar yang ada di sekitar lingkungan Wisata Religi Sunan Ampel, sementara aku dengan sahabat mahasiswa yang lain mencoba keluar dari tempat parkir bus. Sesekali mencari arah untuk keluar menembus jalan-jalan yang buntu, dan ketika aku sampai disana aku rebahkan sebentar tubuhku di serambi masjid sunan ampel seraya melepas sepatu, tas dan jaket kemudia membasuh muka dengan air yang keluar dari penampungan yang melingkar, di pancuran kran seorang teman menemukan kaca mata, kita bersama-sama membasuh muka yang kusam tak bercahaya.

Setelah itu aku kenakan baju putih mematut-matut diri di depan cermin yang tak bertepi, lalu aku dan sahabat mahasiswa yang bersamaku menunaikan shalat duha disana, shalat ekonomi kalau istilah santri waktu aku mondok di Madura dulu. Di sela-sela pilar masjid yang menjunjung tinggi aku dan sahabat mahasiswa yang bersamaku bermunajat kepada ilahi, agar selalu diberi keberkahan dalam hidup, diberi ilmu yang bermamfaat sehingga menjadi penopang terhadap kuatnya islam dan iman, diberi rizki yang melimpah dan barokah sehingga menjadi penopang terhdap ketenangan beribadah, di beri istri yang cantik dan shalehah juga anak keturunan yang selalu menyejukkan mata. Dan kami juga meminta perlindungan dari godaan jin dan setan, serta dari napsu amarah yang selalu mencoba menyesatkan ku dari jalan yang di ridhoi oleh Allah.

Sehabis munajat aku keluar dari masjid menuju tempat air minum barokah. Ku teguk segelas air kemudian kurasakan barokah dan kesegerannya, begitupun juga dengan sahabat mahasiswa yang lain yang bersamaku, setelah itu aku masuk ke sebuah tempat entah itu pasar atau hanya toko biasa sejak dulu aku tidak tahu namanya. Tak berlama-lama di dalam lalu aku keluar menuju tempat parkir di mana bus pariwisata di parkir di sana. Di ruas jalan menuju pintu keluar aku mengamati tasbih yang mungil dan menarik sekali, aku mengatakan pada sahabat mahasiswa yang bersamaku, yang dari tadi berbisik di telingaku untuk mencarikan tasbih, sampai akhirnya ketika langkahku agak  jauh dari tasbih itu seorang sahabatku mengajak untuk kembali dan membeli tasbih itu dan akupun juga membelinya.

Ternyata di jalan menuju pintu keluar banyak mahasiswa dan mahasiswi yang juga ikut menyesaki, mereka ada yang sekedar berintraksi dan juga ada yang membeli barang-barnag disana seperti buku, kitab, kaos, busana dan krudung. Setelah sampai ke sisi kanan pintu gerbang aku mencari toko buku dan kitab yang lengkap tapi tak ada, yang ada hanya toko kaset yang ku tahu sejak dulu.

Aku terus berjalan menyebrang jalan raya yang penuh dengan mobil dan sepeda, hal tersebut membuat para sahabat mahasiswa dan mahasiswi sulit untuk menyebrang setelah aku berhasil menyebrang, tepatnya di trotoar aku bertemu dengan Mbak Lila dan aku memberikan sisa ongkos sahabat mahasiswa ES 1A yang masih belum terlunasi, sambil lalu aku berjalan dengan perbincangan melewati jembatan dan menyebrang jalan raya yang kedua kalinya.

Setelah sampai di tempat parkir Bus aku merasa dahaga sekali, aku coba mencari minuman dingin di toko-toko yang berjejer di bibir terminal kemudian aku menemukan minuman kesukaanku es jeruk dalam kemasan yah itu dia. Lalu ku tukar dengan rupiah dan membawanya ke dalam Bus, di dalam bus aku rebahkan kembali tubuhku sambil meneguk es jeruk yang ku dapatkan di toko.

Tidak lama kemudian semua bus meluncur iring-iringan menuju Universitas Air Langga (UNAIR) Surabaya, setibanya disana matahari terasa menyengat sekali. Aku melihat sebuah bangunan berlantai tinggi yang bercrobong masjid. Bangunan itu sangat unik dan menarik, banyak orang yang menyangka bahwa bangunan itu masjid namun kenyataannya bukan, karena ku lihat di atas pintu masuknya tertera Fakultas Ekonomi dan Bisnis, kemudian ketua panitia mengajakku dan sahabat mahasiswa lainnya untuk singgah di masjid yang tidak begitu besar ukurannya. Satu kesalahan kembali terjadi aku dan sahabat-sahabatku yang lain salah masuk pintu menuju masjid, kurang teliti karena terburu emosi rupaya pintu masuk itu adalah pintu masuk khusus untuk wanita. Selanjutnya aku dan sahabat mahasiswa lainnya masuk lewat pintu depan.

Ba’da dzuhur tepatnya aku tiba disana kurebahkan tubuhku diberanda masjid, aku amati media informasi di dinding masjid itu cukup menarik sekali, ukuran kertas dan gaya design-Nya yang menyentuh hati, aku melihat di sebelah belakang masjid itu ternyata dalam tahap penyempurnaan, tampak bahwa pondasinya tergenang oleh air yang keruh sekali. Kemudian aku mengabadikan diri lagi, memamfaatkan kamera dalam setiap suasana yang berbeda-beda dan selalu bersama-sama Baru setelah itu menuju ke tempat wudlu’ dan mencuci muka, kemudian beruwudlu’ dan melaksanakan shalat jam’ qosor berjamaah. Baru kali ini aku merasakan berada di rumah Allah. Ketenangan menyertai dalam setiap bilangan rakaat dan bacaan shalat. Bangunannya cukup sederhana tapi memesona, serta LCD Proyektor yang tegap berdiri di depan sana.

Setelah semua peserta sudah shalat, kemudian salah satu pihak kampus disana mempersilahkan untuk masuk melewati pintu gerbang yang di atasnya tertera Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Di jalan masuk tampak sekelumit mahasiswa dan mahasiswi bercakap-cakap. Suasana sepi maklum kunjungan atau studi tour kali ini bertepatan pada hari libur, aku terus melangkah menuju sebuah ruang menaikki tangga eskalator yang tak berfungsi. Kemudian aku duduk di kursi nomer dua dari depan berharap nanti dalam diskusi ada kesempatan untuk bertanya, sementara kursi paling depan di tempati oleh para Dekanat Fakultas Syariah.

Suasana yang menggebu-gebu dengan lagu yang menyatu dalam irama yaitu lagu ekonomi Syariah terpadu, entahlah siapa yang membuat lagu itu aku tak mengenalnya? Yang penting aku bisa menikmatinya. Beberapa menit kemudian dua orang MC yang terdiri dari Mahasiswa dan Mahasiswi memperkenalkan diri serta memandu jalannya acara, mereka mahasiswa dan mahasiswi UNAIR Fakultas Syariah. Mereka menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa arab dengan cakap dan lancar. Dalam orasinya Dekan Fakultas Syariah IAINJ KH. Zainul Muin, Lc. Mengungkapkan perasaan kagum atas kelancaran pemandu acara dalam berbahasa Arab. Meskipun Mereka kuliah di Perguruan Tinggi Negeri namun mereka bisa berbicara bahasa arab dengan baik.

Ada satu hal yang masih terekam jelas dalam alam ingatanku waktu di UNAIR, yaitu perkataan Dr. Muhammad Nafik Hadi Ryandono, SE., M.Si. Selaku Dewan Pimpinan Departemen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Jangan pernah meremehkan orang yang memiliki kelebihan yang sedikit dalam suatu bidang ilmu, karena tak seorangpun yang tahu. Siapa tahu suatu saat dengan optimis dia mampu mengembangkan ilmu yang sedikit itu menjadi ilmu yang besar yang tidak pernah di sangka mulanya.

Karena kebanyakan mereka yang menguasai dalam bidang ilmu itu kenyataannya mereka tidak bisa mengimplementasikan ilmunya dalam dinamika kehidupan. Mereka tidak optimistis sehingga tidak mampu menggunakan ilmu yang mereka kuasai. Hal ini sesuai dengan pepatah inggris practice makes perfect. Dengan pengamalan ilmu itu akan menjadi sempurna, hal ini juga sesuai dengan sabda Nabi ilmu yang tidak di amalkan seperti pohon yang tidak berbuah. Dalam suatu riwayat hadist yang lain Nabi juga bersabda: “Barang siapa yang mengamalkan ilmu yang ia ketahui (lebih-lebih ia kuasai) maka maka Allah akan mengajarkannya sesuatu yang belum pernah ia ketahui. Maka dari itu bangunlah rasa optimis itu dalam diri kita, kemudian praktekkan ilmu yang kita punya walaupun sedikit.

Dr. Nafik sangat senang sekali, karena sudah mempunyai relasi dengan Pondok Pesantren Nurul Jadid sampai-sampai beliau punya inisiatif untuk memondokkan mahasiswa dan mahasiswinya di Pon. Pes Nurul Jadid ketika liburan. Begitupun dengan penuturan Dr. Suroso Imam Jazuli (Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya), beliau juga menyarankan ke prakteknya, namun yang sangat mendetail penjelasan tentang pasar syariah Az-Zaitun yang di rintisnya.

Setelah acara demi acara sudah berlalu, akhirnya sampailah pada acara pemberian kenang-kenangan dari pihak Institut Agama Islam Nurul Jadid kepada Dr. Nafik dan Profesor Suroso, di iringi dengan tepuk tangan mahasiswa dan mahasiswi yang meriah membuat ruangan bergetar serta cahaya kilat kamera yang berkelabat-kelebat sungguh antusiasme para mahasiswa dan mahasiswi terlihat sekali. Setelah jajaran dekanat sudah lenyap dari pandanganku, aku beranikan diri menuju operator meminta lagu tentang ekonomi syariah yang sempat memikat hati. Sebenarnya aku juga ingin meminta fail presentasi yang di sajikan oleh Dr. Nafik dan Profesor Suroso barusan tapi sayang failnya di operatornya eror tidak bisa di buka. Jadinya aku hanya dapat lagunya saja.

Baru setelah itu aku menuju pintu keluar yang di sesaki oleh mahasiswa mengikuti arus bersalaman-salaman dengan panitia, kemudian turun melewati tangga eskalator yang tak berfungsi dan tak bergerak lagi. Dan setelah sampai di bawah ternyata Mahasiswa barusan yang menjadi MC itu yang memandu ku dan sahabat mahasiswa lainnya, mengenalkan bangunan kampus di sana, dan pada saat itu aku sempat menyanakan biografinya ternyata dia pernah nyantri juga di salah satu pondok pesantren yang ada di Cerbon.

Setelah perbincangan berlanjut dan ruangan demi ruangan telah ku datangi, aku menanyakan tower Fakultas Syariah yang dalam tahap pembangunan yang di suarakan oleh profesor Suroso dalam diskusi barusan. Lalu Mahasiswa yang memanduku sejak tadi itu mengantarkanku pada lokasinya dan mahasiswa itu mengatakan padaku bahwa bangunan itu akan menghabiskan waktu yang lama. kemudian dari lokasi itu aku mengajaknya ke tempat parkir dan aku juga berpesan pada dia agar perkenalan ini tidak hanya cukup sampai pada saat ini saja, kalau bisa jika mengadakan acara-acara besar mohon kontaknya. dia juga menyarankan begitu dia mengharap kehadiranku dan sahabat mahasiswa yang lain untuk main-main ke UNAIR lagi di lain waktu dia sempat meminta nomer HP ku tapi aku katakan bahwa aku tidak bawa HP tapi aku minta akun Facebooknya itupun masih lupa entahlah! Karena aku tidak lupa menulisnya. Akhirnya aku berpamitan dan bersalaman dengannya.

Rasanya perutku sudah keroncongan, melihat sahabat Mahasiswa yang lain sudah makan semua karena hanya sebagian dari mereka saja yang bersamaku yang juga sama-sama merasa lapar dan dahaga. Akhirnya aku menyantap makanan yang di kasih oleh panitia bersama-sama. Sementara ku lihat sahabat mahasiswa yang lain bersuka-cita berfoto bersama di depan bus pariwisata.

Hari mulai surut ketua panitia menyuruh Mahasiswa dan Mahasiswi mamasuki bus masing-masing, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Pasar Syariah Az-Zaaitun, setelah menempu bermenit-menit perjalanan akhirnya sampai juga disana. Namun anehnya bus yang kutumpangi berhenti di samping masjid, tak ku lihat tanda-tanda pasar disana. Mungkin berhenti untuk menunaikan shalat Magrib. Kataku dalam hati. Aku pun segera turun menuju tempat wudlu’ kemudian menunaikan Shalat magrib jama’ qosor yang di imami oleh KH. Moh Ramzi Al-Amiri Mannan, setelah shalat aku segera keluar masjid mendekati teman-teman yang lain.

Tiba-tiba salah satu sahabatku mengajak untuk melaju ke Pasar Syariah Az-Zaitun, aku tidak menyangka bahwa masjid ini dekat dengan pasar yang dituju  perjalanan ini. Aku berjalan menyebrangi jalan raya yang sepi sekali, setelah beberapa detik kemudian aku belok kanan dan tampaklah yang namanya pasar Syariah Az-Zaitun yang penuh dengan penasaran, sebuah pasar yang diresmikan langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan pada bulan Juni 2010 ini memang bukan pasar tradisional biasa. Terdiri dari 120 kios dan berdiri diatas tanah seluas 800 m2, pasar  ini merupakan pasar berbasis syariah islam pertama di Indonesia, bahkan di dunia. Pemrakarsa sekaligus pemilik tanahnya adalah Prof.Dr.H.Suroso Imam Zadjuli, guru besar ekonomi Islam dari Universitas Airlangga Surabaya.

Dengan semangat membantu para pedagang yang tidak punya tempat berdagang dan mengikuti sabda Rasulullah SAW untuk ‘menghidupkan’ lahan, guru besar asal Madiun ini akhirnya mendirikan pasar Syariah Az-Zaitun pada awal 2010 diatas tanah miliknya di Kutisari Selatan. Terdapat 7 konsep yang ditanamkan sehingga pasar Az-Zaitun ini disebut pasar syariah, yakni barang yang diperdagangkan halal, alat timbang dan alat hitung tepat, kebersihan yang terjaga, kejujuran, persaudaraan  antar pedagang, larangan merokok di dalam pasar, dan harga yang murah meriah.   Konsep ini, jika dijalankan dengan benar maka akan menguntungkan semua stakeholder di sebuah pasar. Karena itulah Pasar Syariah Az-Zaitun ini diharapkan menjadi prototipe pasar yang berpihak pada rakyat, konsumen, dan pelaku usaha.

Dari jarak yang tak begitu jauh, ternyata sudah banyak sahabat mahasiswa yang sudah sampai di sana mereka berpose di depan pasar Az-Zaitun tepatnya di depan batu presmian, kemudian aku berjalan menghampiri mereka, dan mengajak sahabat mahasiswa yang lain untuk masuk ke dalam, melihat kios-kios yang ada di dalam namun sayang sudah banyak kios yang tutup hanya ada kurang lebih dua kios di dalam yang masih buka, aku bertanya-tanya sebentar karena pemilik kiosnya tampak sibuk kemudian aku keluar mengamati kios di luar yang rupanya masih ada pengunjungnya. Di luar pasar tepatnya di sebelah selatan aku menghampiri kios itu dan juga berkenalan dengan seorang perempuan yang usia sekitar 40 tahunan aku menanyakan tentang tanah kelahirannya, aku tidak menyangka bahwa orang yang ku ajak perkenalan itu dekat dengan rumahku cuman lain desa dan ketika pulang kampung dia juga sering lewat di desaku obrolan pun semakin akrab aku lanjutkan dengan bertanya-tanya tentang pasar Az-Zaitun pada dia, tentang pengambilan semua barang dagangan yang di jual disini pun juga mengenai jam buka pasar Az-Zaitun ini setiap harinya.

Setelah lama wawancara pada seorang pedagang disana aku berpamitan untuk pulang, dan sesampainya di bus kita masih menunggu lama sampai rasa kantuk dan lelah menyelubungi mata. Ketika itu seorang teman mengajakku ke toko jamu di pinggir jalan. Akupun menurutinya. Sesampainya di toko jamu itu sahabatku memesan tiga STMJ dia menawariku telur tapi aku menolaknya. ku perhatikan penjual jamu itu sangat lincah sekali mengaduk STMJ yang di sajikan itu dengan jari-jarinya, kemudian aku dan sahabatku meminumnya bersama-sama. Kini tubuhku berenergi lagi.

Beberapa menit kemudian sampailah pada waktu di mana aku merebahkan kembali tubuhku di atas bus dan aku terlelap dan bangunnya sesudah sampai di pasar buah di daerah Probolinggo, dalam perjalan seperti bus melaju kencang dan sukurlah aku ketiduran namun masih sempat ku rasakan ketakutan.

Aku mengajak seorang sahabat untuk turun tapi dia tidak mau, dan kemudian aku membangunkan sahabatku yang tidur di samping kiriku dan mengajaknya turun, membeli buah-buahan yang dingin dan segar. kemudian aku turun sendirian setelah sampai di depan tokoh buah aku duduk, tak lama kemudian dua sahabat mahasiswi berjalan di depanku sambil berpesan padaku bahwa dia akan menitipkan oleh-oleh kepadaku untuk temannya jundu kalau tidak salah namanya. Aku hanya mengangguk saja. Dia hanya menaruh pesan tak mengulurkan barang yang di titipkannya itu padaku. Yah! mungkin dia akan akan memberikan nanti titipannya itu. Ucapku dalam hati.

Tak lama kemudian seorang sahabat mahasiswa berjalan menghampiriku, rupanya dia menjinjing buah yang dibungkus dengan plastik hitam. Dia menawariku buah yang dibawanya itu untuk dimakan. Aku pegang buah itu tapi aku tidak suka dan menolaknya karena kebesaran. dan payahnya lagi dia tidak menjelaskan padaku bahwa buah itu titipan sahabat mahasiswi yang ingin menitipkan buah padaku barusan. Setelah itu  aku berjalan menuju toko buah mencari buah yang kecil dingin dan segar yang mudah di makan, ku dapatkan buah anggur merah dan memakannya bersama-sama. Sebelum bus berangkat dan aku masih di bawah, tiba-tiba seorang pedagang buah meneriak-riakkan barang yang ketinggalan, pedagang itu datangi satu persatu bus demi bus tapi tidak ada satupun sahabat mahasiswa atau mahasiswi yang menghiraukannya. Aku pun duduk terdiam bungkam.

“Hai…hai…buah siapa yang ketinggalan ini” pedagang buah itu mengulang-ulang kalimat itu tapi tetap tak ada satupun mahasiswa atau mahasiswi yang menghiraukannya. Baru sesampainya di Cangkruk ketahuan bahwa buah yang di teriakkan pedagang itu adalah buah titipan Sahabat Mahasiswi barusan itu. begitulah cerita studi tour ekonomi syariah yang masih terkenang segar dalam memori otakku tepatnya pada tanggal 10 Januari 2013 dan mungkin masih banyak cerita-cerita yang lebih menarik lagi di benak sahabat mahasiswa atau mahasiswi yang lain yang perlu di abadikan, ingat kenangan jangan lupakan. Biarlah memoar yang ku tulis berjam-jam menyita siang dan malamku ini menjadi kenangan tersendiri bagiku dan bagi orang yang juga menikmatinya. Terima kasih telah membacanya.

                                                                                                      Paiton, 22 Februari 2013
                                                                                                                                            
                                                                                                                             Penulis
                                                                                                         Umar Faruk Fazhay
                                                                     Semester II Prodi Ekonomi Syariah IAINJ
                                                           Asal  Sawah Tengah Robatal Sampang Madura 

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar