Awalnya adalah pandangan yang melahirkan kebutaan, izinkanku merangkum semua masalalu bersamamu, dibawah cahaya yang begitu menyilaukan mata, pesanku cukup satu, ingatlah aku dan kenangan itu....
Disinilah akhir perjalanan kita, yang terus mengelabu dalam hembusan napsu-napsu yang menjelaka, dileher kepulangan, dalam renung sapaku, “Bila esok tak secerah hari ini maka terbanglah pada masalalu dimanan kau taruh selembar senyum dialtar kebisuan ini, payung dan sepasang kangguru itu menjadi bukti atas atas pertemuan kita”.
Disinilah akhir perjalanan kita, yang terus mengelabu dalam hembusan napsu-napsu yang menjelaka, dileher kepulangan, dalam renung sapaku, “Bila esok tak secerah hari ini maka terbanglah pada masalalu dimanan kau taruh selembar senyum dialtar kebisuan ini, payung dan sepasang kangguru itu menjadi bukti atas atas pertemuan kita”.
Serta rumput dan bayangan yang hitam kelam, mengingat kita akan kepedihan perpisahan, andai waktu itu bisa kulalui kembali bersamamu, ingin kumenebusnya dengan sejuta kasih sayang, mendidikmu tentang sebuah arti kehidupan
Bila matahari dan rembulan kelak enggan untuk menyilaukan kembali cahayanya, maka ingatlah aku dan janji-janji yang pernah kau tanam dalam hatiku, akupun tidak akan pernah merasa lelah untuk kembali bersua dan menerbangkan imajiku, bernostaligia bersamamu dan kenangan itu
Begitulah bunyi suara batinku, saat kucoba menguraikannya pada kata-kata, semua terasa hampa dan abu-abu, sebenarnya aku tidak pernah tau arah tujuan hidupku, semuanya terangkum dalam insting dan jari-jemariku, “mau dibawa kemana jari-jemariku?”, begitulah suara hati kecilku yang kadang menggelitik. Dia hanya bisa bergerak-gerak dan mengikuti keluh dan kesah suara batinku, sungguh saat ini aku sangat haus dengan kepuasan, semua terasa hampa dan hambar dalam pelukan rasa. Tulisan inipun tercipta saat ku sedang kebingung, melangkahkan kaki masa depan.