Pesantren merupakan
lembaga pendidikan yang berbasis keislaman pertama yang lahir dibumi nusantara
ini, yang di cetuskan oleh Syaik Maulana Malik Ibrahim dengan pola pengajaran
yang digunakan masih tergolong sederhan dan tradisional, seperti sorogan,
wetonan dan bandongan, dalam pengajaran kitab-kitab klasik.
Aktivitas pengajaran semacam ini sering dilakukan di masjid-masjid, langgar,
atau bahkan dirumah para kyai.
Namun dari
kesederhaan tersebut, pesantren mampu malahirkan beberapa tokoh besar seperti M. Natsir, Buya HAMKA, Agus Salim, Hasyim Asy’arie,
Jenderal Soedirman, Kasman Singodimedjo, Gus Dur, dan Mahfud MD. Dari situ jelas bahwa sumbangan
pesantren sangat besar sekali bagi bangsa ini, baik sumbangan yang berupa ideologi
ataupun finansial, pesantren selalu hadir menjadi yang terdepan mengikuti
perkembangan zaman dan tidak serta merta meninggalkan tradisi yang sudah lama
berjalan.
Hadirnya wacana
Pesantren Cyber yang pernah digulirkan oleh Jurnal Pondok Pesantren Mihrab
edisi IV Januari-April 2004. Merupakan salah satu bukti bahwa pesantren selalu up to date terhadap keberlangsungan
zaman yang kian hari semakin canggih dan penuh dengan tantangan. Pesantren yang
kerap kali disapa dengan sebuah lembaga pendidikan yang kolot dan konservatif,
rupanya sudah beralih dan berbenah diri menuju lembaga pendidikan yang selalu up
to date dan terdepan, dari berbagai jenis ilmu pengetahuan especially
keagamaan.
Pesatnya
perkembangan zaman, yang di topang oleh hadirnya teknologi informasi dan
komunikasi serta internet. Justru tidak menggegerkan pesantren, pesantren
selalu aktual dan beruapaya menjadi yang terdepan, pengadaan website pesantren
merupakan bukti bahwa pesantren tidak pernah lekang oleh waktu dan zaman,
kehadirannya di berbagai ruang dari ruang nyata sampai pada ruang maya selalu
membawakan dampak yang positif dan solutif.
Namun sebutan
yang lazim dikalangan netter ketika pesantren itu sudah hadir dalam
bentuk elektronik, disebut dengan istilah pesantren cyber. Adapun dinamika yang
dijalankan dalam dunia pesantren cyber itu, Bentuknya bisa bermacam-macam, dari yang sederhana seperti surat-menyurat
elektronik (e-mail), diskusi dan belajar lewat grup mailing list, atau lewat
situs web yang dirancang interaktif. Semacam situs www.pesantrenonline.org, www.pesantrenvirtual.com,
www.eramuslim.com, www.myquran.com, atau jejaring sosial semacam
salampesantren.com, salingsapa.com. sudah cukup dikenal di kalangan netter yang
membutuhkan materi Islami.
Selaku santri aktif perlu kiranya kita bergabung
dengan situs web atau jejaring sosial yang disebutkan di atas, atau istilah
penulis nyantri di pesantren online. Untuk menguatkan identitas kita sebagai
santri. Hal ini merupakan upaya penulis untuk menguatkan identitas santri yang
kerap kali dilepas ketika sudah surfing di dunia maya. Ada beberapa hal
yang perlu kita ketahui dalam bergabung di pesantren cyber, seperti keanggotaan
(membership), digital library, chatting, forum diskusi, pertemuan offline,
komunikasi penunjang dan asas legal formal.
Karena memang hadirnya internet di tubuh pesantren
merupakan sebuah kesempatan besar, untuk menyampaikan risalah ilahi yaitu misi pesantren
terkait dengan dakwah islam. seorang akademisi Barat yang menulis buku Virtual
Islamic: Computer Mediated Communications and Cyber Islamic Environment
(Cardiff University of Wales: 2000), menyebutkan bahwa rata-rata yang menjadi
landasan kalangan muslim mengembangkan layanan di internet, tak lain karena
soal dakwah.
Bagi mereka, kata Bunt, merancang situs
web, menyediakan layanan online Islami, aktif berdiskusi di berbagai mailing
list merupakan cara mudah untuk memenuhi kewajiban tersebut. Atau, menurut
istilah Jeff Zaleski dalam Spiritualitas Cyber Space (Mizan, 1999), internet
merupakan alat dakwah yang berdaya guna dan Islam merupakan agama yang hidup
dalam perubahan. “Agama ini cocok untuk berkembang dalam internet yang tidak
bersifat hierarkis,” kata Zaleski.
Mungkin itulah beberapa keunikan yang
dimiliki oleh pesantren yang sangat beda dengan lembaga pendidikan yang lain,
di pesantren kita kenal dengan sebutan santri, kyai dan kitab dan di luar
pesantren kita kenal dengan sebutan murid, guru dan buku yang tentu tidak bisa
disamakan begitu saja, karena dari masing-masing kata itu memiliki filosofi
tersendiri.
Selain pendidikan moral, pendidikan
spritual(kebatinan) merupakan kegiatan yang tidak pernah dilupakan dilingkungan
pesantren baik itu pesantren konvensional atau pesantren modern. Seperti riyadah,
istighasah dan lain sebagainya. Sehingga lulusan pesantren tidak hanya
cerdas secara intelektual dan emosional (IPTEK) tapi juga cerdas secara
spritual (IMTAQ). Karena benar kata kata Misbahul Huda dalam bukunya “anda bisa
saja kuat secara fisik, cerdas secara intelektual, dan dewasa secara emosional.
Tetapi jika anda lemah spritual maka anda tidak pernah bisa melampaui krisis
kehidupan anda” .
Oleh karena itu, perlu kiranya kita yang
berstatus santri atau yang tidak berstatus santri yang tidak sempat mengenyam
pendidikan di pesantren, untuk selalu dekat dengan pesantren, toh
meskipun realitasnya kita tidak berada dalam lingkungan pesantren, saat ini kita
bisa terhubung, mendengarkan petuah-petuah dari pihak pesantren lewat bantuan gadget
yang sudah terkoneksi dengan internet, dan hal itu tentu sudah tidak asing lagi
di zaman multi media ini. Karena hakikat pesantren adalah, menjaga tradisi
dahulu yang baik dan mengadopsi sesuatu yang baru yang baik pula.(*)