Welcome to farukfazhay.blogspot.com, blog ini diasuh oleh Umar Faruk Fazhay asal Jl. Raya Sawah Tengah Robatal Sampang Madura Jawa Timur Jejak Perjalanan Spiritual Baginda Rasulullah ~ MENYELAMI MIMPI

Rabu, 12 Juni 2013

Jejak Perjalanan Spiritual Baginda Rasulullah



Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan spritual Baginda Rasulullah SAW, yang dilakukan oleh Rasululllah setahun sebelum hijrah ke Madina Al-Munawarah, tepatnya pda tanggal 27 Rajab tahun pertama sebelum hijrah atau tahun 621 M, dengan menunggang Burak yang dimulai dari Masjid Al-Haram di Makkah Al-Mukarramah ke Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis, Palestina. Manakala Mi’raj membawa maksud naiknya Baginda Rasulullah ke langit dari Masjid Al-Aqsa ke Sidratul Muntaha.

Arti dari Isra’ dan Mi'raj yaitu penggabungan dua kata yang mempunyai arti di berjalankan dan di angkat kelangit seorang hamba termulya yaitu Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT sebagai bentuk kecintaan Allah terhadap Nabi dalam waktu yang sangat singkat kurang lebih hanya seperempat malam saja dan Rasulullah SAW kembali pulang ke Mekah sebelum terbit fajar.

Coba kita bayangkan secara logika perjalanan Isra’ Nabi Muhammad SAW dari masjid Haram yang ada di kota Makah ke masjid Aqsa yang ada di palestina yang berjarak beribu-ribu KM di tambah dengan perjalanan Mi'raj yaitu di angkatnya nabi dari bumi tepatnya dari masjid Aqsa ke langit ke tujuh sampai sidrotulmuntaha hanya di tempuh beberapa jam saja.

Kalau di pikir secara logika yaitu tidak mungkin semua itu bisa terjadi, namun kalau dipandang secara keimanan maka itu mungkin saja terjadi karena cara mandangnya dengan cahaya keimanan di dalam hati yang begitu reflek dan cepat menerimanya seperti cepatnya cahaya matahari menembus permukaan bumi.

Begitu pula dengan kejadian Isra’ Mi'raj yang tidak lepas dengan sebuah cahaya atau lebih tepatnya ada empat sumber cahaya yang menyebabkan kejadian itu sangat singkat dan cepat. Berikut empat sumber cahaya tersebut: Pertama adanya Allah SWT dzat yang memiliki cahaya. Kedua adanya malaikat yang di ciptakan dari cahaya. Ketiga adanya Nabi Muhammad yang wajahnya bagaikan cahaya. Keempat adanya Buraq yaitu kendaraan yang di pakai oleh nabi Muhammad SAW pada waku Isra’ Mi'raj yang pada jidatnya di tulis nama Muhammad yang mengandung cahaya ke Nabian.

Dalam perjalanan spiritual Baginda Rasulullah itu, banyak hikmah dan pelajaran yang patut kiranya kita renungkan maksud dan esensi dari pada isra’ mi’raj tersebut. Tentang kejadian-kejadian yang jauh dari nalar dan logika manusia, mulai dari peristiwa yang mengharukan sampai pada peristiwa yang mengerikan, semua seolah terangkum dalam jejak perjalanan spritual Baginda Rasulullah SAW, baik itu perjalanan horisontal (isra’) atau pun perjalanan vertikal (mi’raj).

Namun yang perlu kita ketahui bersama bahwa yang paling pokok dalam perjalanan peristiwa isra’ mi’raj adalah perintah akan kewajiban shalat lima waktu, Baginda Rasulullah langsung menerima kefardhuan shalat itu langsung dari Allah SWT tanpa di dampingi oleh malaikat Jibril. Pada waktu itu, ketika mendekati Sidratul Muntaha, malaikat Jibril menghentikan langkahnya dan menyuruh Rasulullah SAW meneruskan perjalanannya sendiri. Jibril berkata kalau dia memaksakan diri mendampingi dan mendekati Sidratul Muntaha maka Dia akan hancur. Inilah satu-satunya wahyu atau perintah Allah SWT kepada Rasulullah SAW tanpa perantara malaikat Jibril, yaitu wahyu mengenai shalat fardhu.

Makanya kemudian shalat merupakan ibadah spesial bagi umat Islam. Bahkan shalat inilah yang menjadi barometer diterima atau tidaknya amal ibadah kita yang lain, sebagaimana dalam hadits Nabi SAW berikut ini: “Amal yang pertama-tama ditanyakan Allah SWT kepada hamba-Nya di hari kiamat nanti ialah amalan shalat. Bila shalatnya dapat diterima, maka akan diterima seluruh amalnya. Dan bila shalatnya ditolak maka akan tertolak pula seluruh amalnya” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, At Thabrani).

Shalat merupakan kado spesial langsung dari Allah untuk makhluk-Nya, yang tidak hanya diwajibkan Baginda Rasulullah tapi juga bagi seluruh umat dan pengikutnya, karena ketika umat Islam melakukan aktivitas shalat maka kita akan “bertemu” dengan Allah SWT sebagaimana yang dialami Nabi SAW ketika Mi’raj. Bahkan untuk meyakinkan umatnya, Rasulullah SAW bersabda: “Ash-Sholatu Mi’rajul Mu’minin (Shalat itu Mi’raj-nya orang mukmin)”.

Jadi umat Islam-pun sebenarnya dapat Mi’raj! Lalu bagaimana caranya supaya kita dapat Mi’raj?. Orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya pastilah dia mengalami suasana Mi’raj dan selalu ingin berlama-lama dalam aktivitas shalatnya, karena dia “bertemu” dengan Allah SWT.

Rasa khusyu’ ini didapat ketika antara otak kanan (spiritual) dan kiri (logika) kita mengalami keseimbangan (zero mind). Ketika ini tercapai maka ketenangan akan mengalir atau turun ke hati. Apabila hati telah tenang maka anda akan merasakan Ar-Ruh akan melesat terbang menuju Ar-Rabb. Karena Ar-ruh adalah suci, inilah media kita untuk ber-Mi’raj kepada Allah SWT . Inilah gambaran mengapa Allah SWT memperjalankan Nabi Muhammad SAW dari Al-Masjidil Haram harus ke Al-Masjidil Aqsha terlebih dahulu, baru kemudian ke Mustawa (langit ke sepuluh). Karena salah satu yang membedakan antara kita, para Rasul, Nabi, para Sahabat dan Waliyullah, dalam beribadah adalah ke khusu’an-Nya.


Karena ketika seseorang itu khusuk dalam shalat-Nya, maka khusuk juga seluruh anggota badanya, artinya orang itu tidak akan berbuat maksiat dan kemungkaran di muka bumi ini, sebagaimana yang pernah di sampaikan oleh Aagym dalam sebuah ceramahnya: “Andai kata khusuk di dalam hatinya, maka khusuk pula seluruh anggota prilaku tubuhnya, tenang dihatinya, tenang di wajahnya dan tenang pula dalam sikapnya”. Semoga kita yang mengapresiasi akan malam peringatan jejak perjalanan spiritual Baginda Rasulullah, di berikan ke khusu’an oleh Allah dalam ibadah kita. Amin.(*)
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar