Memasuki tahun politik tentu kita disesaki dengan maraknya
kampanye dan janji para politikus yang tentu tidak enak dipandang dan didengar.
Tidak hanya spanduk dan pamflet yang dijadikan media kampanye yang dipasang di
trotoar kota sampai pada perumahan warga tapi juga stasiun televisi serta media
masa baik cetak maupun elektronik ramai dengan kampanye para politikus.
Parahnya lagi tidak hanya itu saja sampai pada alat transportasi seperti mobil
menjadi tempat dan media untuk kampanye para politikus tersebut. Mereka para
politikus itu berlomba-lomba mencari tempat-tempat yang strategis untuk memikat
hati masyarakat. Dengan memamfaatkan media-media yang disebutkan diatas mereka
memasang kuda-kuda dan mengumbar janji kepada masyarakat menggunakan kalimat
yang sangat persuasif dan memikat.
Hal ini tidak hanya ditemui pada saat Pemilihan Legislatif
(Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) saja tapi sudah jamak ditemui
ditengah-tengah masyarakat mulai dari Pemilihan Kepala Desa (Pilkades),
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sampai pada Pemilihan Gubenur (Pilgub)
semuanya ramai dengan kampanye-kampanye yang tidak pernah absen dengan
janji-janji yang diutaran pada saat kampanye tersebut dilakukan. Namun mirisnya
janji-janji yang seringkali dikoar-koarkan oleh para politikus itu hanya
berkisar di tempat saja adapun implementasi dari janji itu nihil alias kosong.
Terbitnya buku Politik Harapan Palsu (PHP) menjelang Pemilu
2014 ini seakan menjadi jawaban akan kebingungan rakyat ditengah upaya saling
tuding elite politik tentang perjuangan yang sesungguhnya. Sehingga kemudian
ditengah hiruk-pikuk itu parpol berikut aktor-aktornya senantiasa unjuk gigi
dan tampil sebagai key word (kata kunci) dalam setiap wacana lebih-lebih
terkait Pemilu yang insyallah akan dilaksanakan beberapa pekan dan bulan
mendatang. Buku ini memang hadir pada waktu dan saaat yang tepat. Sehingga
tidak heran jika peresensi pun juga ikut kagum dan penasaran ketika pertama
kali membaca judul buku dalam sebuah toko buku. Penulis buku ini sangat kreatif
sekali menciptakan sebuah judul, yang mungking terinspirasi dari istilah Pemberi Harapan Palsu (PHP) yang sedang
booming dan tren di kalangan remaja.
Dalam buku yang di tulis Andi Setiadi ini menyajikan beberapa
pembahasan seperti pembahasan tentang kaidah politik: dari rakyat, (bukan)
untuk rakyat, kampanye dan pembodohan publik, dilema penanggulangan kemiskinan,
nasib pendidikan yang terkatung-katung serta mereka yang belum melunasi
Janji-Janji Politiknya dan lain-lain. Alhasil peresensi pertegas kembali bahwa
hadirnya buku ini merupakan sebuah oase bagi rakyat yang direndung kebingungan
pada tahun politik ini.
Selain itu, ada juga
yang mungkin sudah kita ketahui bersama yakni praktek “lompat pagar” yang mana
hal ini tentu tak bisa dibaca sebagai alasan pertaruhan idealisme, atau tak
pantas ditafsirkan sebagai pertaruhan ideologi partai. Tetapi lebih relevan
diberi persepsi bahwa itu dilakukan karena kepentingan pragmatisme; memburu
peluang dan mengejar kekuasaan. Persepsi ini terbit dengan memperhatikan sepak
terjang aktor-aktor politik lokal kita akhir-akhir ini, yang mayoritas dari
bangsawan dan artis yang mencalonkan. Yang seyogianya tidak pantas untuk ikut
campur dalam dunia perpolitikan dan pemerintahan.
Buku setebal 180 halaman ini, sangat cocok sekali dikonsumsi
masyarakat Indonesia pada kondisi politik yang carut-marut seperti sekarang
ini. Laksana penyegar bagi masyarakat yang sedang haus akan penjelasan tentang
dunia abu-abu (dunia politik). Penulis buku sudah berhasil mengkemas bukunya
dengan tema-tema yang selaras dan sesuai dengan isu-isu politik serta
janji-janji palsu politikus yang sedang disemarakan. Maka bagi anda yang sedang
kebingungan tentang seputar isu politik, alangkah baiknya jika anda membaca
buku ini. Selamat Membaca.
Judul : Politik
Harapan Palsu (PHP)
Penulis : Andi
Setiadi
Penerbit : Irchisod
(Divapress)
Cetakan : Desember 2013
Tebal : 180 halaman
ISBN : 978-602-255-402-8