Inilah sebilah sajak yang kutulis
Dari sketsa wajah, yang terlukis dibalik garis tangan
Ada rasa yang beda diantara lipatan hari dan malam
Seperti jarak matahari yang begitu dekat sekali, dengan
bumi
Lantas, menguapkan air laut, menggiring mendung dan
menurunkan hujan
Entahlah! Aku semakin tidak mengerti dengan semua ini...
Tiba-tiba detak jantung soleha berdenyut kencang, ketika membaca sajak itu
dia tidak mampu berkata sapatah pun, rasanya ingin terbang membelah langit menembus
angkasa raya, tak menyangka bahwa baru kali ini ada pemuda yang berani
mengirimnya sebuah sajak, aneh tapi penuh makna. Hal yang tak wajar dirasa,
karena selama ini, memang tidak ada lelaki yang mencurahkan perasaannya dengan
kata-kata, semuanya lebih condong terburu napsu, mengandalkan penampilan fisik
dan harta benda. Mereka beranggapan bahwa soleha tidak ubahnya dengan perempuan
lainnya, yang mata duitan, sehingga patut jika dari beberapa anak bangsawan dan
orang kaya yang jatuh hati padanya, di tolak mentah-mentah oleh Soleha. Hatinya
begitu lembut, terbukti bahwa kelembutan hatinya tidak bisa di sentuh oleh
ketampanan, tahta dan harta benda.
Soleha merupakan gadis yang takwa kepada Allah, soleha merupakan cerminan
gadis hiasan dunia yaitu al-mar’atus shalihah selain dia cerdas secara
intelektual dan emosional dia juga cerdas secara spiritual, di tambah lagi
dengan parasnya yang cantik menawan, membuat mata orang yang menatapnya, tidak akan
mampu berkedip kala tersandung wajahnya. Siapa sih! cowok yang tidak bisa
menaruh hati kala menatapnya?. Semua orang yang mengenalnya, ingin juga
memilikinya. Soleha merupakan salah satu design ciptaan Allah yang paling
sempurna, yang kelak akan bersaing dengan
bidadari di singgasana surga, tentu bukan hanya karena kecantikannya yang
memikat tapi juga perangainya yang terbungkus dengan akhlak.
Sebenarnya siapa pemilik sajak itu? Mengapa dia hanya mengirim rasa? Bukan
alamat atau pun nama. Sejak kedatangan sajak itu, yang dia terima dari Diana
sahabat dekatnya, dia semakin tidak tenang, kadang sampai dalam rukuk
dan sujud pun baris-baris sajak itu, hadir mengelabuhi ingatannya, sajak
itu begitu melesap menembus dadanya, masuk lewat pori-pori lantas bersemanyam
dalam relung hatinya. Ketika rasa penasaran mencekamnya terus-menerus akhirnya
Soleha berkeinginan untuk menemui Diana dan menanyakan siapa si pemilik saja
itu. Tapi setelah dia menemui Diana rupanya Diana juga tidak mengenal orang
itu, Soleha semakin penasaran ingin segara mengetahui pemilik sajak itu.
Hari-hari Soleha, larut dalam rasa penasaran yang begitu mendalam, dia
ingin segera menyingkap siapa sebenarnya pemilik sajak itu, mengapa dia tidak
mencantumkan nama ataupun alamat, benarkah ini merupakan hukuman bagi seorang
gadis yang mengecewakan seorang laki-laki lantaran menolak lamaranya?.
“Hai, Soleha ini ada kiriman sajak lagi” Diana membuyarkan lamunannya
“Ya, Terima Kasih, oia kamu sudah nanyak siapa nama dia?” Tanya Soleha
“O’O’, maaf sobat, aku lupa, lagi!
hehe.” Celetuknya
“Ya, sudah terima kasih”
Setelah Diana sudah lenyap dari hadapannya, perlahan soleha membuka amplop
warna pink yang berisi sajak misteri itu, lagi-lagi jantungnya berdegup
kencang, pikirannya melayang-layang antara membuka dan menutup kembali amplo
itu....
Mungkinkah semua ini hanya sekedar ilusi,
yang
menyita malam-malammu yang sepi.
Bila kau bertanya tentang siapa aku?
Maka akulah orang yang selalu hadir, tanpa ruang
dihatimu
Kemudian tiba-tiba datang membawa sejumput sajak
Lantas, mendeklamasikannya sebagai sajak pinangan
Lagi-lagi detak jantung Soleha, berdetak-detak laksana jam dinding pada
sebuah suasana yang hening, kehadiran sajak itu adalah hal baru baginya, lelaki itu sudah mampu menyita waktu dan
menarik perhatiannya. Saat ini, ia sudah tahu siapa sebenarnya pemilik sajak
misteri ini, dia adalah Dimas teman dekatnya sejak dulu, sejak masih duduk di
Sekolah Menengah Pertama sampai sekarang. Dia orangnya baik, pintar dan juga
tampan, namun selama ini memang Soleha tidak punya rasa apapun kecuali, kasih
sayang sesama sahabat, yang ia tata dengan baik dan elok.
Kedatangan sajak kedua ini, melenyapkan semua tali keakrabannya dengan
Dimas, saat ini ia tidak lagi berhubungan dengan Dimas, meski realitasnya Dimas
sering nelpon dan sms dia, tapi Soleha tidak menghiraukannya, hari-hari berubah
menjadi sunyi, sesunyi malam yang tanpa bintang dan rembulan, perasaannya
seperti tercerabut oleh kepiawaian sajak yang ia kirim kepada soleha, disatu
sisi kehadiran sajak misteri yang kemudian terungkap, telah membuatnya gerogi
dan membuatnya tidak mampu lagi berkomunikasi dengan Dimas sahabat karibnya
itu.
Sementara Dimas sendiri merasa salah tingkah dengan keputusan tersebut, ia
merasa terburu napsu, tanpa harus perlahan menumbuhkan benih itu terlebih
dahulu, baru kemudian menuainya, malam-malamnya tak lagi nyenyak, hari-hari tak
lagi penuh dengan warna, ia tanpak murung dalam kamar, hanya satu hal yang selalu
terlintas dalam pikirannya yaitu antara membiarkan dan menarik kembali kata
hati (sajak) yang terlanjur ia kirim pada Soleha tersebut.
@@@
Beselang beberapa hari kemudian, ada sebuah pesan yang masuk di HP Dimas,
yang tak lain pesan itu adalah dari Soleha. Dimas tercengang melihat pesan yang
tiba-tiba masuk di HP-Nya tersebut. Ia takut bahwa pesan itu merupakan kabar
buruk, yang nasibnya sama seperti para lelaki yang selama ini Soleha tolak
pinangannya, disatu sisi ia ingin segera melihat keputusan atau tanggapan Soleha
mengenai sajak pinangan tersebut, namun rasa cemas itu akhirnya hilang
dikalahkan rasa penasaran yang mendekam selama beberapa hari yang lalu, Dimas
memencet tombol untuk membuka pesan masuk tersebut, namun ternyata, didalamnya
bukan berisi pesan biasa tapi juga berisi sajak liris, sebagai sajak balasan
yang beberapa hari yang lalu ia kirimkan pada Soleha.
Setelah membaca sajak yang dikirim lewat sms oleh Soleha itu, akhirnya
Dimas bernafas lega, sajak itu berisi jawaban dari sajak yang selama ini ia kirim
kepadanya. Soleha ternyata menerima pinangannya, namun lagi-lagi rasa bahagia
itu pupus seketika, yakni ketika Dimas memandang masa depan. Masa depan menuju
pelaminan, mungkinkah ia mampu bersanding dengan soleha baik, secara dhohir
atau batin. Sedangkan Dimas merasa sangat jauh sekali, kalau dibandingkan
dengan Soleha yang serba sempurna baik secara kepemilikan harta benda, fisik, akhlak
serta pengetahuan. Akhirnya Dimas
membulatkan niatnya untuk mempersunting Soleha sebagai istrinya dengan beberapa
resiko, yang kelak pasti menghadangnya.