Welcome to farukfazhay.blogspot.com, blog ini diasuh oleh Umar Faruk Fazhay asal Jl. Raya Sawah Tengah Robatal Sampang Madura Jawa Timur Krisis Moral dan Krisis Keteladanan ~ MENYELAMI MIMPI

Kamis, 26 September 2013

Krisis Moral dan Krisis Keteladanan

Moral para remaja saat ini sudah berada di bawah titik mengkawatirkan. Ini merata di setiap daerah dalam Republik Indonesia. Bahkan, warga seperti sudah merasa “biasa” dengan tingkah laku seperti tawuran, narkoba, perncurian, dan pergaulan bebas yang menyebabkan kehamilan.(kompasiana.com/2013/04/30/).

Banyak hal yang melatar belakangi degradasi moral remaja bangsa ini, salah satunya adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan yang berbau kenegaraan dan keagamaan, buktinya dari beberapa pelaksanaan ujian nasional yang telah berlalu tidak ada yang namanya mata pelajaran PKN dan Agama yang di UN-kan. Yang mana pelajaran terserbut sangat urgen dan membantu sekali terhadap perbaikkan moral remaja.

Selain itu marakanya sinetron remaja, film beradegan zina,  penyalahangunaan narkoba dan tindak kriminal merupakan ancaman besar bagi masa depan remaja bangsa ini di masa yang akan datang, karena dari beberapa tontonan atau hiburan yang ada disana tidak ada yang menggambarkan terhadap perbaikan moral malah tontonan tersebut, justru merusak moral baik dari segi busana, adekan dan pergaulan. apalagi saat ini di dukung dengan banyaknya teknologi especially gadget yang sangat murah meriah yang sudah terhubung ke internet yang kerapkali di salahgunakan sehingga akhirnya berujung pada tindak kriminal.

Menurut Sigmund Freud, sebab-sebab kejahatan dan keabnormalan adalah karena pertempuran batin yang serius antara ketiga proses jiwa (Id, Ego, Superego) sehingga menimbulkan hilangnya keseimbangan dalam pribadi tersebut. Ketidak seimbangan itu menjurus pada perbuatan kriminal sebab fungsi Ego untuk mengatur dan memcahkan persoalan secara logis menjadi lemah (Mulyono, 1995).

Persoalan lain yang di hadapi bangsa ini adalah krisis keteladanan, banyaknya elit politik atau politisi, penguasa, pembesar dan pemimpin bangsa ini yang terjaring dalam kasus korupsi dan skandal seks, membuat nama bangsa ini semakin tercoreng di mata masyarakat. Sehingga kemudian para remaja pun banyak yang salah memilih teladan, meraka banyak yang mengidolakan para artis yang jelas-jelas sudah tidak pantas untuk dijadikan idola atau teladan.

Fenomena inilah yang melatar belakangi penulis, untuk menguak kembali, akan peran dan fungsi elit politik, pemimpin  dan penguasa sebagai sosok teladan di tengah hiruk-pikuk dunia perpolitikan. Kondisi konsumsi masyarakat yang tidak seimbang dalam melihat kondisi bangsa melalui media inilah yang menjadi problem. Kesan yang ditampilkan seolah bangsa ini miskin teladan. Organ-organ kebangsaan dan keagamaan makin kehilangan tempat di hati masyarakat. LSM baik lokal dan Internasional makin terpojok dalam aksi sosial masyarakat. Ekonomi dan sistem keamanannya makin semrawut, kurang dalam fokusnya.

Tokoh-tokoh yang hari ini di dominasi oleh elit politik menjadikan iklim masyarakat madani tidak seimbang yang berefek pada ketidakharmonisan antar individu. Inilah yang menjadikan imbas utama bagi kita, yang mungkin akan terus berlanjut hingga muaknya rakyat, seperti muaknya pada era 2004 terhadap janji-janji wakilnya di parlemen. Meski realitasnya masih banyak tokoh-tokoh yang menaungi bangsa ini. Masih banyak tokoh-tokoh sepuh, seperti Mustofa bisri, MH Ainun Najdib, Azyumardi azra, Syafii maarif, Dahlan Iskan dan Mahfud MD yang masih getol dalam membangun masyarakat madani.

Mengaca pada kejadian-kejadian yang berujung dengan ironis, maka perlu kiranya kita memulai dari diri sendiri atau ibda’ binapsik yaitu dengan memulai perbaikkan dari lingkungan keluarga, masyarakat sekitar baru kemudian masyarakat umum yang meliputi semua elemen bangsa Indonesia. Ketika evaluasi yang lingkupnya mikro sudah benar-benar di galakkan maka dalam lingkup makropun insyallah akan bisa ditularkan, sehingga kemudian terbentuklah sebuah good governance dan masyarakat madani yang saling melengkapi.

Dari situlah nantinya akan lahir, pemuda dan pemudi harapan bangsa. Pemuda dan pemudi Indonesia, yang pernah dulu diminta oleh bung karno sang proklamator kemerdekaan Indonesia.“Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku goncangkan dunia”. Maka dari itu perlu kita refleksikan kembali kalimat tersebut, betapa pentingnya sosok pemuda yang multi talenta dimasa depan, kemudian tanpa evaluasi atau pemulihan kembali moral remaja yang sedang kenak penyakit kronis atau sedang kritis ini, mampukah kita mengguncang dunia?.(*)
_________________________
* Mahasiswa IAI. Nurul Jadid Paiton Probolinggo

dimuat di rimanews.com
 
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar