Perempuan shalihah tentu idaman seluruh pria, ia yang menggenggam iman, didalamnya tertanam nilai-nilai keimanan dan keislaman yang menancap dalam hatinya, kuat emosianal dan spiritualnya. Namun masih adakah perempuan-perempuan yang seperti itu?. Bukankah saat ini sudah banyak sekali perempuan yang menggadaikan bahkan menjual harga dirinya hanya demi sesuap nasi yang ingin dikunyahnya.
Dalam sebuah novel yang ditulis oleh Fahri F. Fathoni. Mencoba menghadirkan seorang sosok perempuan yang berlatar belakang dari keluarga yang sangat miskin, yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya, disebabkan kecelakaan. Di sisi lain ia harus menyekolahkan saudara kandungnya. Perempuan itu bernama Fira Anggraheni dan saudaranya beranama Farid Aziz.
Mereka hidup berdua dengan sederhana, keseharian Fira hanya berprofesi sebagai seorang pedagang nasi uduk. Dalam suatu kesempatan Fira sempat merenungkan nasib dan cita-citanya di masa yang akan datang, terlebih keinginan merubah rumahnya menjadi rumah besar seperti istana. Bagaimana mungkin gerangan seorang yang hanya berjualan nasi uduk bisa merubah nasibnya, kalau memang tidak bergantung pada tuhan yang maha kuasa. Benar kiranya bahwa manusia dihadapan Allah, hidupnya antara huruf kaf dan nun, jika Allah kehendaki jadi jadilah, dan jika tidak maka tidak akan terjadi.
Pada suatu ketika. Fira bertemu dengan mantan temannya dulu waktu sekolah, yang bernama Dewi. Fira bertemu dengan Dewi saat ia berjualan nasi uduk di pasar Delanggu, suatu momen yang sangat mengharukan sekali. Pertemuan antara dua sosok teman yang lama tidak bertemu. Diceritakan sangat sederhana dalam novel ini, dengan kata-kata yang tidak berbelit-belit juga.
Perbincangan antara Fira dan Dewi berujung, pada sebuah perjanjian akan kunjungan Dewi kerumah Fira. Setelah Dewi lenyap dari hadapan Fira, baru Fira membereskan barang dagangannya untuk dibawa pulang sambil, menunggu Dewi di rumah Fira, tak lama kemudian Dewi pun datang dengan mengucapkan salam. Dengan busana muslim yang membuatnya sangat memesona. Selang beberapa menit kemudian Farid pun datang dari sekolah seraya mengucapkan salam. Tidak lama kemudian Dewi mengeluarkan sebuah hadiah yang berisi informasi lomba memasak yang berhadiah rumah mewah, yang diakan oleh Pluto TV di Jakarta.
Sesudah kepulangan Dewi dari rumahnya Fira selalu merenungkan dan merembukkan akan lomba itu dengan adiknya Farid, mereka berdua saling berunding. Akan biaya atau ongkosnya ke Jakarta, setelah memikir panjang akhirnya mereka putuskan untuk menjual harta warisan ibu dan bapaknya, yaitu berupa perhiasan dan sepeda onthel kesayangnya. Namun sebelum mereka menjual barang warisan itu mereka meminta restu pamannya yang bernama Hadi, dan setelah mendapat restu dari pamannya barulah barang-barang itu di jual dan dikumpulkan semua uang miliknya.
Setelah uang itu terkumpul semua akhirnya Fira dan Farid memutuskan untuk segera pergi ke Jakarta mengikuti lomba itu, mereka pergi ke Jakarta dengan menaikki bus ekonomi, sesampainya di Jakarta mereka langsung menaikki mobil menuju alamat lomba yang terdapat dalam formulir lomba tersebut, tak lama kemudian mereka sampai disana, dan selang beberapa menit dari kedatangannya ketempat itu lomba pun di mulai.
Fira memulainya dengan serius, dia memasak nasi uduk dengan sambal ayam penyet. Setelah dua jam kemudian panitia pun meniup trompetnya bertanda lomba masak selesai, kemudian para juri pun menghampiri dan menilai masakan mereka masing-masing , begitupun juri idamannya Robert Brady, seorang aktor film yang sejak dulu diidamankan oleh Fira.
Singkat cerita Firalah yang menjadi juara pertama lomba memasak itu, dia memperoleh hadiah uang tunai sebesar lima puluh juta, sekaligus dia mendapatkan rumah mewah, tidak hanya itu tapi dia juga dilamar oleh Robert Brady artis idola yang sempat menjadi juri lomba masak tersebut. Kebahagiannya semakin berlimpah-ruah, cita-cita untuk mempunyai rumah mewah rupanya sudah tercapai. Dua minggu kemudian ia menuju ke pelaminan tidak hanya itu dalam resepsi itu juga dilansungkan dengan perespmian restoran miliknya.
Setelah enam bulan kemudian Fira membangun rumah tangganya akhirnya perutnya berisi benih cinta, dan pada saat itu juga Robert Brady selaku aktor mulai sibuk dan larut dalam kerjanya ia pergi shooting ke sumatera. Fira pun mulai gelisah merindukan dia. Namun kerinduan itu tidak sesuai dengan yang diimpikan, sesudah kepulangnya Robert menjual Fira pada temannya yang bernama Gaino. Dengan cara membius Fira lalu di senggamahi berdua bersama temannya itu, hal ini terbukti dari foto-foto yang di tinggalkan di kamarnya.
Fira pun larut dalam kesedian, Fira merasa sudah dihianati oleh Robert, Mahligai cinta yang dibangunnya seolah dicerabut dan dicampakkan bersama akarnya, apalagi sesudah datangnya surat pernyataan cerai. Kesedihan Fira semakin bertambah. Rasa sedih dan kecewa itu terus bertambah ketika, temannya yang telah mengantarkan ke pada puncak kesuksesan yang bernama Dewi menyatakan bahwa dia tidak lagi berkrudung, dia menyatakan sudah kembali pada agama asalnya yaitu agama kristen. Disusul lagi dengan fitnah pembunuhan suaminya Robert yang akhirnya dia di jebloskan dalam penjara.
Novel ini sangat penting sekali dibaca, terlebih oleh kaula mudi, yang justru terjepit dalam masalah ekonomi, sosok Fira dalam novel ini merupakan sosok perempuan yang tangguh mempunyai cita-cita besar namun tidak juga mengesampinkann nilai-nilai syariat islam, ia selalu menggantungkan segala sesuatunya pada tuhan semesta alam, sampai akhirnya cita-citanya pun berhasil di raih semua, dan ia pun menemukan sosok laki-laki shaleh pilihan hatinya yang bernama taufik, sehingga Fira merelakan dirinya sebagai sejadah yang ia cium ketika ia sujud.
________________________________________
Judul buku : Kuingin Jadi Sajadahmu
Penulis : Fahri F. Fathoni
Penerbit : Safira
Tahun Terbit : Januari 2013
Tebal : 212 hlm
ISBN : 978-602-7723-26-9
Peresensi : Umar Faruk Fazhay, Mahasiswa Ekonomi Syariah IAI. Nurul Jadid
(IAINJ) Paiton Probolinggo
dimuat di www.rimanews.com