
Selain itu ada juga
kepemimpinan yang lingkupnya lebih luas lagi seperti memimpin Keluarga, Desa, Kecamatan,
Kabupaten, Propensi sampai pada tingkat nasional dan internasional. Dan disitu
tidak hanya melibatkan pemimpin itu sendiri tapi juga membutuhkan orang lain untuk
mengurus bidang tertentu, sehingga saling menyempurnakan satu sama lain, maka
dari itu perlu adanya kemapanan dalam jiwa pemimpin tersebut. Terlebih untuk
menyatukan mindset bawahannya yang berbeda. Jangan gunakan tipe
kepemimpinan otoriter atau Militeristis karena semua kebijakan ditentukan pemimpinnya tidak
menerima saran dan kritikan dan Lebih sering mempergunakan perintah terhadap bawahannya. Pilihlah
tipe kepemimpinan yang demokratis yang mana semua kebijakan dan keputusan
dilakukan sebagai hasil diskusi dan musyawarah. Dan menerima Kritik dan saran yang bersifat objektif dan berdasarkan fakta-fakta
Setiap lembaga apapun
pasti menginginkan pemimpin yang ideal untuk memajukan lembaganya
masing-masing. Sehingga mereka menyeleksi orang-orang yang pantas dijadikan
pemimpinnya. Mereka menunjuk orang yang di anggap ideal sebagai pemimpin
sehingga tidak jarang juga mereka menganggap orang lain tidak layak untuk
memimpin lembaganya. Mereka lebih memilih orang yang kelihatan tangkas dalam
menyelesaikan sebuah masalah. Tanpa memperhatikan kekurangan yang ada pada diri
orang tersebut.
Namun realitasnya orang
yang tidak lagi diragukan kepemimpinannya itu malah kemudian hari mengecewakan
atau dengan kata lain “meragukan pemimpin ideal”. Justru fakta menunjukkan
bahwa banyak orang yang diragukan pada masa pengangkatannya kemudian mampu
membuat lembaga tersebut bisa makin berkembang dan maju berangkat dari anggapan
remeh itu. Oleh karena itu perlu kiranya kita bersikap qonaah dengan
menerima keputusan yang sudah ditetapkan. Jadilah orang yang selalu diragukan
pada mulanya dan akhirnya tidak diragukan lagi dengan semangat kinerjanya.
Jangan jadi pemimpin yang pada mulanya tidak diragukan dan pada akhirnya
mengecewakan.(*)
Wartawan
Al-Amiri Pos