Moral para remaja saat ini sudah berada di bawah titik mengkawatirkan.
Ini merata di setiap daerah dalam Republik Indonesia. Bahkan, warga
seperti sudah merasa “biasa” dengan tingkah laku seperti tawuran,
narkoba, perncurian, dan pergaulan bebas yang menyebabkan kehamilan.(kompasiana.com/2013/04/30/).
Banyak hal yang melatar belakangi degradasi moral remaja bangsa ini,
salah satunya adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan
yang berbau kenegaraan dan keagamaan, buktinya dari beberapa pelaksanaan
ujian nasional yang telah berlalu tidak ada yang namanya mata pelajaran
PKN dan Agama yang di UN-kan. Yang mana pelajaran terserbut sangat
urgen dan membantu sekali terhadap perbaikkan moral remaja.
Selain itu marakanya sinetron remaja, film beradegan zina,
penyalahangunaan narkoba dan tindak kriminal merupakan ancaman besar
bagi masa depan remaja bangsa ini di masa yang akan datang, karena dari
beberapa tontonan atau hiburan yang ada disana tidak ada yang
menggambarkan terhadap perbaikan moral malah tontonan tersebut, justru
merusak moral baik dari segi busana, adekan dan pergaulan. apalagi saat
ini di dukung dengan banyaknya teknologi especially gadget yang sangat
murah meriah yang sudah terhubung ke internet yang kerapkali di
salahgunakan sehingga akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Menurut Sigmund Freud, sebab-sebab kejahatan dan keabnormalan adalah
karena pertempuran batin yang serius antara ketiga proses jiwa (Id, Ego,
Superego) sehingga menimbulkan hilangnya keseimbangan dalam pribadi
tersebut. Ketidak seimbangan itu menjurus pada perbuatan kriminal sebab
fungsi Ego untuk mengatur dan memcahkan persoalan secara logis menjadi
lemah (Mulyono, 1995).
Persoalan lain yang di hadapi bangsa ini adalah krisis keteladanan,
banyaknya elit politik atau politisi, penguasa, pembesar dan pemimpin
bangsa ini yang terjaring dalam kasus korupsi dan skandal seks, membuat
nama bangsa ini semakin tercoreng di mata masyarakat. Sehingga kemudian
para remaja pun banyak yang salah memilih teladan, meraka banyak yang
mengidolakan para artis yang jelas-jelas sudah tidak pantas untuk
dijadikan idola atau teladan.
Fenomena inilah yang melatar belakangi penulis, untuk menguak kembali,
akan peran dan fungsi elit politik, pemimpin dan penguasa sebagai
sosok teladan di tengah hiruk-pikuk dunia perpolitikan. Kondisi konsumsi
masyarakat yang tidak seimbang dalam melihat kondisi bangsa melalui
media inilah yang menjadi problem. Kesan yang ditampilkan seolah bangsa
ini miskin teladan. Organ-organ kebangsaan dan keagamaan makin
kehilangan tempat di hati masyarakat. LSM baik lokal dan Internasional
makin terpojok dalam aksi sosial masyarakat. Ekonomi dan sistem
keamanannya makin semrawut, kurang dalam fokusnya.
Tokoh-tokoh yang hari ini di dominasi oleh elit politik menjadikan
iklim masyarakat madani tidak seimbang yang berefek pada
ketidakharmonisan antar individu. Inilah yang menjadikan imbas utama
bagi kita, yang mungkin akan terus berlanjut hingga muaknya rakyat,
seperti muaknya pada era 2004 terhadap janji-janji wakilnya di parlemen.
Meski realitasnya masih banyak tokoh-tokoh yang menaungi bangsa ini.
Masih banyak tokoh-tokoh sepuh, seperti Mustofa bisri, MH Ainun Najdib,
Azyumardi azra, Syafii maarif, Dahlan Iskan dan Mahfud MD yang masih
getol dalam membangun masyarakat madani.
Mengaca pada kejadian-kejadian yang berujung dengan ironis, maka perlu
kiranya kita memulai dari diri sendiri atau ibda’ binapsik yaitu dengan
memulai perbaikkan dari lingkungan keluarga, masyarakat sekitar baru
kemudian masyarakat umum yang meliputi semua elemen bangsa Indonesia.
Ketika evaluasi yang lingkupnya mikro sudah benar-benar di galakkan maka
dalam lingkup makropun insyallah akan bisa ditularkan, sehingga
kemudian terbentuklah sebuah good governance dan masyarakat madani yang
saling melengkapi.
Dari situlah nantinya akan lahir, pemuda dan pemudi harapan bangsa.
Pemuda dan pemudi Indonesia, yang pernah dulu diminta oleh bung karno
sang proklamator kemerdekaan Indonesia.“Berikan aku sepuluh pemuda maka
akan aku goncangkan dunia”. Maka dari itu perlu kita refleksikan kembali
kalimat tersebut, betapa pentingnya sosok pemuda yang multi talenta
dimasa depan, kemudian tanpa evaluasi atau pemulihan kembali moral
remaja yang sedang kenak penyakit kronis atau sedang kritis ini,
mampukah kita mengguncang dunia?.(*)
_________________________* Mahasiswa IAI. Nurul Jadid Paiton Probolinggo
dimuat di rimanews.com